Halaman media sosial VKontakte sebagaimana yang terlihat pada layar komputer.
Natalia Seliverstova/SputnikPada 2020, VK menjadi jejaring sosial paling populer di Rusia berdasarkan jumlah pesan yang terkirim, menurut laporan Brand Analytics. Khalayak atau pengguna utama media sosial ini adalah orang Rusia dan warga negara Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di bawah 34 tahun. Tahun lalu, VKontakte berhasil mengumpulkan 97 juta pengguna bulanan dengan lebih dari 28 juta di antaranya membuat konten, menurut Brand Analytics. Desain antarmukanya mirip dengan Facebook model lama, tetapi ada beberapa fitur yang tidak akan Anda dapatkan di Facebook, seperti kumpulan film dan acara TV serta musik yang dapat diputar dengan pemutar bawaan media sosial tersebut. Selain itu, ada pula Clips (semacam TikTok) dan bahkan sistem pembayaran VK Pay.
Situs web media sosial Odnoklassniki sebagaimana yang terlihat pada layar ponsel pintar dan tablet.
Natalia Seliverstova/SputnikInilah satu-satunya media sosial di Rusia yang para penggunanya masih senang berkirim e-cards ‘kartu elektronik’ beranimasi dan hadiah virtual. Pengguna Odnoklassniki biasanya bertukar e-cards pada Tahun Baru dan Paskah, tetapi tak jarang pula selama ulang tahun Presiden Putin. Proyek ini pertama kali dirancang sebagai cara untuk mencari teman sekolah yang sudah lama hilang. Karena itulah, ia dinamai odnoklassniki ‘teman sekelas’. Banyak yang bilang bahwa Odnoklassniki kebanyakan digunakan oleh orang-orang tua berusia di atas 55 tahun. Namun, humas jejariang sosial tersebut dengan tegas membantah mitos tersebut dan mengatakan bahwa jumlah pengguna di atas usia 55 tahun hanya 14 persen di antara pengguna perempuan dan sembilan persen di antara pengguna laki-laki.
Media sosial ini cukup sering menambah fitur-fitur baru, seperti online streaming dengan opsi donasi, layanan musik, transfer uang dari negara lain, dan forum disukusi.
Inilah proyek besar kedua buatan pendiri VKontakte, Pavel Durov. Aplikasi pengirim pesan instan yang sangat populer ini mengandalkan fitur channel ‘saluran’ (dan grup, sebagaimana aplikasi serupa lainnya, yang agak ketinggalan zaman), serta obrolan rahasia (ditambatkan ke perangkat pengguna), yang memungkinkan pengguna bertukar pesan (dengan batas waktu yang ditentukan) sebelum akhirnya terhapus, seperti dokumen, foto pribadi dan/atau kritik terhadap rival politik seseorang.
Minggu lalu, Selasa (12/1), Telegram mengirim pesan ke semua penggunanya, melaporkan bahwa aplikasi tersebut kini memiliki lebih dari 500 juta pengguna, dengan 25 juta pengguna baru dalam 72 jam sebelum pesan tersebut disebarluaskan.
“Orang-orang tak mau menukar privasi mereka dengan layanan gratis. Mereka tak mau lagi disandera oleh monopoli teknologi yang tampaknya berpikir bahwa mereka dapat melakukan apa pun selama aplikasi tersebut memiliki banyak pengguna,” kata Durov menjelaskan pertumbuhan pesat Telegram.
Inilah platform baru “favorit” bloger Rusia yang memungkinkan pengguna untuk memonetisasi tulisan mereka. Tampilannya menyerupai newsfeed ‘umpan berita’ tak berujung. Namun demikian, yang menarik, platform ini hanya menampilkan artikel-artikel yang telah diperiksa oleh algoritma rekomendasi dan popularitas Yandex. Platform ini menyaring tulisan yang mengandung kata-kata kotor, penghinaan terhadap individu, serta iklan judi, alkohol, tembakau, dan obat-obatan. Selain itu, segala macam konten negatif, seperti akun-akun berita sensasional atau peristiwa terkini yang menampilkan foto-foto sadis atau adegan mutilasi, tersaring dan tak akan muncul. Tak hanya itu, konten pornografi dan konten yang menampilkan kekerasan dalam kehidupan nyata, baik dalam bentuk teks maupun foto, juga tak akan punya celah untuk muncul dalam platform buatan Yandex ini.
Media sosial ini unika karena ia ditujukan untuk orang-orang penganut Kristen Ortodoks. Anda dapat bertemu dengan saudara-saudara seiman lainnya di sini, termasuk para pendeta, yang siap menjawab pertanyaan dan bahkan memberikan nasihat. Situs ini menawarkan peta yang menunjukkan lokasi gereja terdekat. Anda juga dapat mendengarkan aneka musik religi dan menonton kebaktian secara streaming.
“Proyek ini bukan media sosial standar,” kata Valeriy Chepukhalin, pendiri Elitsy, dalam sebuah wawancara dengan Meduza. “Tidak ada kebebasan berbicara di sini. Jika seseorang, misalnya, mulai mengomentari politik, akunnya akan dihapus.”
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda