Pada 2 Februari, Presiden Vladimir Putin memberikan respons atas keputusan AS menarik diri dari perjanjian INF. INF merupakan perjanjian antara Amerika Serikat dan Uni Soviet (dan kemudian negara-negara penerusnya, terutama Federasi Rusia) pada 1987. Traktat INF mengeliminasi seluruh nuklir dan misil konvensional, serta para peluncur mereka, dengan jangkauan rata-rata 500 – 1.000 kilometer (jangka pendek) dan 1.000 – 5.500 kilometer (jangka menengah).
Minggu lalu, AS telah mendeklarasikan bahwa mereka membatalkan keikutsertaannya dalam perjanjian itu. Akibatnya, selama dekade mendatang Rusia akan membangun instalasi-instalasi darat yang mampu menghantam pangkalan musuh pada jarak dari 500 – 5.500 km.
Lantas, rudal apa saja yang kelak memamerkan taringnya?
Pertama-tama, presiden memerintahkan untuk memindahan rudal jenis Kalibr dari laut ke darat. Mereka tak hanya akan diintegrasikan ke dalam sistem senjata berbasis darat, tetapi ditingkatkan kemampuannya dengan teknologi hipersonik sehingga mampu menghindari semua sistem pertahanan rudal musuh yang ada.
“Saat ini, rudal jelajah Kalibr adalah unggulan sistem senjata Rusia. Setiap rudal memiliki jangkauan 300 – 2.600 km. Terlebih lagi, alih-alih lintasan balistik yang melengkung ke bawah, Kalibr meluncur mengitari medan tepat di atas kepala orang,” kata Profesor Vadim Kozyulin dari Akademi Ilmu Pengetahuan Militer Rusia kepada Russia Beyond.
Faktor penting lainnya adalah isinya. Kemajuan teknologi selama dekade berikutnya akan memungkinkan setiap hulu ledak rudal diisi dengan muatan yang daya ledaknya hampir setara dengan ledakan nuklir.
“Ini akan menjadi senjata mematikan yang mampu bermanuver tanpa menimbulkan kontaminasi radioaktif di zona serang. Jadi setelah serangan, pasukan darat akan dapat beroperasi di daerah tersebut,” katanya.
Menurut Kozyulin, militer Rusia mempertimbangkan sistem rudal Iskander-M sebagai pengangkut Kalibr berbasis di darat. Sistem itu kini dikerahkan di daerah Kaliningrad di perbatasan Eropa Timur untuk melawan perisai rudal AS di Polandia. Gudang senjata sistem ini sekarang akan diperluas dengan senjata presisi baru yang mampu mengenai sasaran hingga wilayah Mediterania.
Senjata lain yang masuk dalam daftar “peningkatan pertahanan darat” yang baru adalah rudal hipersonik Kinzhal untuk pesawat pencegat MiG-31. Sumber militer menyatakan bahwa ini adalah satu-satunya rudal udara yang dapat terbang pada kecepatan Mach 8.
Menurut Panglima Angkatan Udara Rusia Kolonel Jenderal Sergei Surovikin, versi Kinzhal yang diluncurkan melalui udara dapat menyerang target pada jarak lebih dari 2.000 km tanpa memasuki zona pertahanan udara musuh.
“Meluncur dengan berkali-kali lipat kecepatan suara, rudal itu mampu menghindari semua sistem pertahanan udara dan rudal saat ini,” demikian kata Surovikin kepada Russia Beyond.
Selain itu, senjata ini dilengkapi dengan pelacak segala cuaca, memungkinkannya untuk mencapai sasaran kapan saja, siang atau malam, dit tengah hujan atau gemuruh guntur.
Komunitas pakar militer Rusia percaya bahwa selama sepuluh tahun mendatang, rudal-rudal ini dapat bereinkarnasi menjadi senjata berbasis darat untuk mempertahankan tanah air. Satu-satunya hambatan adalah harganya — membangun persenjataan membutuhkan biaya besar.
Lebih dari 30 tahun yang lalu, Ronald Reagan dan Mikhail Gorbachev sepakat untuk menghancurkan seluruh senjata nuklir AS dan Uni Soviet demi mencegah konflik militer yang dapat meluluhlantakkan Eropa. Kini, AS mengakhiri perjanjian itu.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda