“Saya menulis ini supaya publik mengetahui yang sebenarnya karena itulah satu-satunya yang dapat kami lakukan,” kata Ashot Gabrelyanov, pendiri Chudo, di sebuah blog. Dia mengatakan timnya telah menghabiskan dua tahun untuk mengerjakan proyek tersebut.
“Kami telah mengembangkan teknologi eksklusif yang menggabungkan model 3D wajah manusia dengan karakter yang dirancang oleh tim artistik kami,” kata Gabrelyanov menambahkan.
Chudo sudah tersedia di Google Play, tetapi Tim Peninjau App Store menolaknya.
Ini bukan pertama kalinya Gabrelyanov menghadapi penolakan semacam ini. Pada 2017, ia meluncurkan MakeApp, yang memungkinkan pengguna untuk menghapus dan mengenakan riasan virtual pada wajah pengguna. Namun, media AS justru menyebut proyek itu “seksis” dan menyinggung perempuan.
Kini, Chudo, aplikasi baru Gabrelyanov yang menawarkan lebih dari 30 karakter yang dipersonalisasi untuk setiap pengguna, menemui hambatan baru. Menurut Tim Peninjau App Store, aplikasi itu terlalu “mirip dengan Animoji, sehingga menimbulkan kerancuan terhadap produk Apple.”
Sebagian besar emoji Chudo mungkin terlihat serupa, tetapi tidak terlalu mirip dengan Animoji buatan Apple. Satu-satunya yang terlihat terlalu mirip adalah karakter monyet, tetapi warna bulunya berbeda.
Gabrelyanov berupaya memperjuangkan gagasannya. Sebagaimana yang ia sebutkan di blog-nya, timnya mengembangkan algoritme pemelajaran mesin (cabang dari kecerdasan buatan, disiplin ilmu yang mencakup perancangan dan pengembangan algoritme yang memungkinkan komputer untuk mengembangkan perilaku yang didasarkan pada data empiris, seperti dari sensor data basis data -red.) yang baru, mengumpulkan data dari 15 ribu pemindaian berbagai ras, usia, dan jenis kelamin, serta kode yang diimplementasikan dan dioptimalkan untuk perangkat iOS dan Android.
Untuk melindungi Chudo, Gabrelyanov menguraikan beberapa fitur yang membuat aplikasinya berbeda.
Misalnya, emoji buatannya mengubah ekspresi wajah, sehingga memungkinkan pengguna untuk mengekspresikan emosi secara real-time saat berkomunikasi dengan teman-temannya. “Kami tidak menemukan fungsi serupa di antara produk Apple,” kata Gabrelyanov.
“Tak seperti Animoji-nya Apple, kami tidak menggunakan teknologi kedalaman kamera untuk mendeteksi ekspresi wajah. Kami menggunakan teknologi berbasis jaringan saraf buatan sendiri,” katanya menambahkan.
Gabrelyanov juga menunjukkan bahwa ada banyak aplikasi di App Store yang memiliki lebih banyak kesamaan dengan Animoji daripada Chudo. Misalnya, Facehub.
Menurut Gabrelyanov, Chudo menyediakan setiap pengguna dengan satu set karakter unik. Karena itu, aplikasi ini tak bisa dibilang mirip dengan Animoji.
“Tim kami percaya bahwa setiap orang berhak merasakan keajaiban jaringan syaraf dan animasi, bahkan jika Anda tak memiliki ponsel cerdas mahal keluaran terbaru,” tambahnya.
Siapa pun dapat membuat stiker di aplikasi Telegram. Kalau stiker-stiker itu menjadi populer, Anda bisa memperoleh $80 per stiker dengan mudah!
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda