Kapal Proyek 22800, dengan julukan Karakurt, saat di Galangan Kapal Pella Leningrad di Sankt Peterburg.
Sergey Mamontov/RIA NovostiBulan lalu, seri pertama kapal jelajah ringan dari Proyek 22800 yang dikenal sebagai Karakurt (atau Laba-Laba Black Widow Laut Tengah) bergabung ke jajaran kapal Rusia.
Kapal ini dinamai dari laba-laba paling mematikan dunia karena satu alasan: ia dilengkapi dengan beberapa senjata paling kuat Rusia.
Kapal Proyek 22800 adalah kapal tempur pesisir pantai ringan. Setiap unitnya memindahkan 800 ton air, memiliki panjang 60 meter, dan lebar 10 meter. Meski ukuran kecilnya, amunisinya tidak main-main karena Karakurt dipersenjatai dengan misil jelajah Kalibr dan Oniks.
Kapal ini pertama kali merasakan ombak laut pada 2015, ketika Armada Kaspia meluncurkan misil Kalibr darinya ke arah teroris di Suriah. Proyektilnya melaju 1,500 kilometer melewati Iran dan Irak sebelum menyapu bersih target.
Setiap misilnya dilengkapi dengan 500 kilogram bahan peledak tinggi yang mampu menciptakan lubang seluas ratusan meter. Kalibr juga mampu menempuh hingga 2,500 kilometer dan tingkat akurasi 30 meter - menjadikannya salah satu senjata paling ditakuti di dunia.
"Di satu sisi, misil Oniks adalah monster yang sepenuhnya berbeda. Ia adalah misil antikapal pertama dengan kecerdasan buatan. Ia menyerang target seperti kawanan serigala: datang dari segala arah," ujar analis militer harian Izvestia Alexei Ramm kepada Russia Beyond.
Satu fitur penting lagi dari Karakurt adalah sistem pertahanannya. Yang pertama, ia memiliki sistem misil antibalistik berbasis laut Pantsir-M, yang dirancang untuk menangkal misil saat hujan, angin kencang, dan bahkan badai. Untuk Karakurt, misil ini dirancang lebih kecil dan dilapisi sarung antikorosi supaya lebih tahan cuaca.
"Perbedaan terbesar (antara sistem Pantsir berbasis laut dan berbasis darat) adalah yang darat harus menangkal target yang datang dari atas, dan biasanya melalui rute yang dapat diprediksi. Sementara, yang versi laut terbang di atas permukaan air dan bahkan ombak ketika badai, membuatnya sistem komputer lebih sulit memprediksi rute mereka," kata Alexander Zhukov, kepala perancang di High Precision Systems Corporation - produsen Pantsir - kepada Russia Beyond.
Perbedaan lainnya lagi adalah kecepatan tembakan. Sistem Pantsir-S dapat menembak 80 proyektil artileri per detik (4,800 per menit), sementara yang versi lautnya dapat menembak 160 per detik (hampir 10,000 per menit).
"Amunisi sistem ini terdiri dari 1,000 rentetan dan 32 unit misil antipesawat. Ini senjata pertahanan yang sangat efektif untuk konflik potensial di masa depan," ujar CEO High Precision Systems Corporation Alexander Denisov kepada Russia Beyond.Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda