Seorang karyawan memakai masker dan pakaian antigas di sebuah sarana pemusnahan senjata kimia udara di Maradykovo, Kirov.
Grigory Sysoyev/TASSPresiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa pemusnahan ini adalah “peristiwa bersejarah”, dan bahwa ini adalah langkah besar untuk dunia yang lebih seimbang dan aman. Menurutnya, Rusia memiliki stok bahan senjata kimia terbanyak di dunia.
“Mengenai hal ini, saya ingin mengingatkan peran kunci negara kami dalam mengatasi masalah senjata kimia di Suriah,” ujar Putin, seperti yang diberitakan Sputnik.
Ia menambahkan, Rusia terus bekerja dengan mitra-mitra untuk menyelamatkan umat manusia dari ancaman penggunaan dan penyebaran senjata kimia.
Dengan pemusnahan ini, Putin melanjutkan, Moskow memenuhi kewajibannya dalam perjanjian-perjanjian nonproliferasi, dan ia berharap negara lain seperti AS dapat mengikuti jejak Rusia.
“Seperti diketahui, Rusia sempat menjadi pemiliki senjata kimia terbesar di dunia. Saat ini AS belum memenuhi kewajibannya terkait waktu pemusnahan senjata kimia, dan telah tiga kali menunda aksi ini dengan dalih kekurangan dana; ini terdengar aneh,” Putin menekankan.
Pemusnahan bahan kimia tercantum dalam Konvensi Senjata Kimia yang berlaku sejak 1997 dan telah ditandatangani 192 negara per April 2016.
Rusia bergabung konvensi itu pada 1997, dan awalnya diperkirakan akan selesai memusnahkan stok senjata kimianya per 31 Desember 2018.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda