Ka-52 Alligator, helikopter penyerang buatan Rusia, dipertunjukkan selama demonstrasi penerbangan di kota Arsenyev, Timur Jauh, Rusia, 29 Oktober 2008.
APHampir semua orang ingat satu adegan dari film Terminator 2, ketika Arnold Schwarzenegger menembak dengan menggunakan senapan berlaras enam, yang dalam hitungan detik menghancurkan mobil polisi. Senapan itu adalah senapan pesawat M134 Minigun yang hanya mampu dipegang dengan tangan Terminator, bukan oleh manusia biasa karena faktanya, berat senapan tersebut adalah 76 kg, ditambah dengan hentakan tembakan seberat 70 hingga 130 kg. Bahkan, mobil saja sulit menanggung bebannya. Namun, Terminator akan sanggup menembaknya secara lebih mudah jika menggunakan senapan asal Soviet jenis GSh, bukan Minigun asal Amerika.
Kelahiran Kembali Gatling
Perancang Soviet Vasily Gryazev dan Arkady Shipunov—tidak seperti rekan-rekan Amerika mereka lainnya—menciptakan sebuah sistem yang dioperasikan menggunakan tenaga gas yang memastikan otonomi senapan mesin. M134 Minigun diciptakan menggunakan penggerak listrik, yang berarti larasnya baru akan berkerja jika menggunakan baterai. Oleh karena itu, sutradara film harus menyembunyikan kabel listrik di bawah kaki “The Magnificent Arnie”.
Dalam film Predator, salah satu aktor juga menggunakan Minigun. Laras putaran panjang dengan serbuan tembakan memang sangat populer di Amerika Serikat. Tentunya ini tidak mengejutkan karena penemu Gatling adalah seorang warga Amerika, Dr. Richard Gatling. Ia menciptakan senapan multicore dengan tembakan terus menerus di tahun 1862.
Dalam film pahlawan super di masa modern kini, cenderung ditampilkan generasi muda sistem Gatling dengan berat yang ringan dan kaliber kecil. Senjata klasik memiliki kaliber 23 mm sampai 30 mm dan dipasangkan pada pesawat, helikopter, dan kapal. Namun demikian, hanya sedikit orang yang tahu bahwa berkat jasa perancang Sovietlah sistem Gatling dilahirkan kembali. Para perancang Soviet berhasil meningkatkan hingga sepuluh ribu tembakan peluru per menit yang memungkinkan senjata ini menghancurkan target di udara.
Dalam Perang Dunia II, para pilot menghadapi masalah penggabungan kecepatan penerbangan dengan serangan darat dan udara. Karena kecepatan serangan yang hanya sebesar 100m/s, senapan dengan laju tembakan sebanyak 600 tembakan per menit hanya mampu menembakkan peluru berjarak sepuluh meter antara satu sama lain. Sebuah senapan jarak jauh baru muncul dalam pertempuran udara. Amerika berhasil menciptakan meriam berlaras enam M61 Vulkan pada tahun 1959 dengan kecepatan 4.000 tembakan per menit. Di tahun sebelumnya, yaitu tahun 1958, sebuah senapan sejenis dengan dua laras GS-23, diciptakan oleh dua perancang Soviet Gryazev dan Shipunov. Namun, pembuatan senapan ini dihentikan oleh keputusan pimpinan Soviet.
Kepergian ke Vietnam yang Menginspirasi
Pada pertengahan tahun 1960-an, Arkady Shipunov berhasil mengunjungi Hanoi (Vietnam). Saat itu, sedang terjadi konfrontasi gerilyawan Vietnam pro-Soviet dengan pasukan AS. Setelah ia kembali, ia mengatakan kepada Menteri Pertahanan Soviet Ustinov mengenai kekuatan M61 Vulkan dan menerima persetujuan untuk mengembangkan senjata Soviet dengan sistem Gatling.
Shipunov dan Gryazev ditarik untuk menyempurnakan desain GSh-6-23 milik mereka. Di tahun 1974, mereka memasang senapan itu di kapal sebagai pertahanan antirudal lalu menyusul pada pesawat tempur MiG-31 dan Su-24. Helikopter penyerang juga menerima “senjata Terminator” senapan GSh-6-23 yang dapat dipasangkan pada Ka-52.
Senapan yang diciptakan oleh Gryazev dan Shipunov mengungguli M61 Vulkan jika dilihat dari semua parameter teknis. Jika Vulkan mampu menembak sebanyak 4.000 peluru per menit, GSh-6-23 dapat menembakkan sebanyak 6.000 peluru, bahkan setelah dimodifikasi mampu menembakkan hingga 10 ribu peluru per menit, yang berarti 180 peluru per detiknya.
Senapan Pesawat Soviet ini juga mempunyai bobot dua kali lebih ringan dibanding saudara Amerikanya, yaitu 73 kg berbanding 112 kg. Faktor ini penting untuk manuver pesawat. Untuk pertama kalinya di dunia, Shipunov dan Gryazev menciptakan senjata yang ringkas dan ringan menggunakan energi gas, sedangkan Amerika menggunakan listrik yang membutuhkan baterai cadangan untuk pengisian.
Oleh karena itu, Angkatan Laut dan Angkatan udara menerima senapan “Terminator” yang sulit untuk ditandingi ini. Sebagai contoh, peran target dalam latihan perang selalu menggunakan kendaraan tempur lapis baja karena senjata ini bisa menghancurkan mobil konvensional, truk, dan pesawat yang hanya meninggalkan puing-puing kecil.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda