Para pengembang senjata ranjau laut asal Uni Soviet telah mencatatkan dirinya dalam sejarah di Perang Dunia. Foto: Wikipedia
Ranjau berjangkar yang dipicu oleh hentakan mekanis ini mulai dikembangkan pada 1920. Ranjau laut M-26 milik Soviet adalah satu ranjau paling mengerikan pada zaman sebelum Perang Dunia II.
Letak titik berat M-26 yang rendah membuat ranjau ini lebih stabil untuk dipindahkan. Posisi horisontal ranjau saat berada di kereta dorong pelontar jangkar juga memudahkan proses penanaman ranjau. Namun karena tali jangkar ranjau tidak terlalu panjang, ranjau ini hanya bisa digunakan pada lokasi-lokasi dengan kedalaman tertentu saja di Laut Hitam dan Laut Jepang. Tali tersebut berguna untuk menahan ranjau agar tidak lepas dari jangkar dan menjaga jarak ranjau dari permukaan air.
Ranjau M-26 Soviet buatan tahun 1926 merupakan ranjau terberat yang pernah digunakan angkatan laut Soviet di peperangan melawan Nazi, yakni berbobot 250 kilogram. Soviet memiliki 27 ribu unit ranjau M-25 saat akan memulai pergerakan militernya dalam peperangan itu.
Selain M-26, Soviet juga memiliki inovasi cemerlang lain dalam koleksi persenjataan mereka saat itu yakni ranjau laut KB Krab. Ranjau tersebut digunakan sebagi senjata penghancur kapal laut. KB Krab menjadi ranjau pertama di dunia yang menggunakan pelindung besi cor, dan pelindung tersebut dapat terlepas di air secara otomatis. Pelindung besi itu menempel menutupi tanduk-tanduk ada ranjau laut dengan bantuan pin dan kawat baja dengan penahan dari gula. Sesaat sebelum proses penanaman ranjau, pin pelindung dicopot, lalu dilemparkan ke dalam laut. Setelah beberapa waktu, penahan kawat dari gula akan larut, dan akhirnya kawat terlepas. Setelah itu, ranjau pun telah aktif.
Pada 1941, katup pengisi air ditambahkan ke ranjau KB. Saat ranjau ini terlepas dari jangkarnya dan terbawa arus laut, katup akan terbuka dan ranjau pun dapat tenggelam dengan sendirinya karena air masuk ke rongga badan ranjau. Hal ini juga sekaligus menjaga keamanan kapal tempur mereka sendiri yang berada di dekat garis perang yang telah ditanami ranjau laut. Pada awal perang melawan Nazi, ranjau ini merupakan ranjau kapal laut termuktahir di dunia.
Dalam Perang Dunia II secara keseluruhan terdapat 700 ribu ranjau berbagai tipe yang tertanam di laut. Ranjau KB berhasil menghancurkan 20 persen kapal dan kapal induk perang dari negara lain.
Gebrakan Revolusioner
Setelah perang melawan Nazi, para pengembang senjata dunia terus berlomba untuk menjadi yang pertama. Pada 1957, badan pengembang asal Soviet menciptakan roket bawah laut yang pertama di dunia, yakni KRM, ranjau luncur dari dasar laut dengan penggerak reaktif. Ranjau ini menjadi patokan pengembangan senjata-senjata kelas baru lain seperti ranjau RM-1, RM-2, dan PRM.
KRM memiliki keunikan tersendiri. Roket ini menggunakan sistem deteksi akustik aktif-pasif. Dengan sistem ini, ranjau dapat menemukan dan mengidentifikasi sasarannya, lalu mengaktifkan komponen hulu ledak dan penggerak reaktifnya secara otomatis. Berat bahan peledak ranjau ini mencapai 300 kilogram, dan senjata ini dapat ditanam hingga kedalaman 100 meter. KRM tidak mudah tersapu oleh penjaring ranjau akustik, kontak mekanik, maupun hal-hal lain. Pengaktifan ranjau tersebut dipicu menggunakan pergerakan kapal laut dengan kecepatan tertentu.
Mina KRM. Foto: Wikipedia
Pengembangan ranjau luncur dengan penggerak reaktif dari kapal laut maupun dari pesawat terbang telah dimulai sejak 1957. Ranjau jenis ini menjadi gebrakan revolusioner. Konstruksi ranjau luncur KRM berpengaruh kuat terhadap pengembangan senjata ranjau laut Soviet selanjutnya, serta pengembangan rudal balistik dan rudal jelajah yang diluncurkan dari laut.
Tak Tertandingi
Di era 1960-an, Soviet memulai pembuatan ranjau luncur baru yakni ranjau luncur sekaligus ranjau torpedo. Angkatan Laut Soviet akhirnya mendapatkan roket luncur PMR-1 dan PMR-2 setelah sepuluh tahun menunggu, dan koleksi pada ranjau tersebut tak tertandingi di seluruh dunia.
Ada pula ranjau torpedo PMT-1 yang terdiri dari dua jenis komponen yakni mendeteksi dan mengidentifikasi sasaran. Pada ranjau tersebut, torpedo pada bagian pertama akan keluar dari wadah kedapnya dalam posisi horizontal. Sistem deteksi akustik akan menemukan sasaran dan baterai elektrolit akan mengaktifkan torpedo. Sementara bagian kedua akan meluncur dalam posisi vertikal. Torpedo ini bisa digunakan pada kedalaman 600 meter. Angkatan Laut Soviet menerima senjata canggih ini pada 1972. Untuk pertama kalinya dalam industri pembuatan ranjau dalam negeri, para pengembang menggunakan rangkaian listrik dan komponennya dalam pembuatan torpedo. Hal ini menjawab masalah perlindungan rangkaian rawan ledak dari arus berfrekuensi tinggi.
Foto: Wikipedia
Fondasi yang diciptakan oleh badan penelitian dan pengembangan senjata PMT-1 menjadi pemicu untuk penciptaan ranjau dan torpedo yang lebih baru dan muktahir. Pengembangan torpedo universal Soviet pertama selesai pada 1981. Ketika itu, para ahli dari Soviet mengatakan belum ada senjata yang dapat menyamai torpedo tersebut di seluruh angkatan laut di dunia.
Ranjau universal UDM-2 berbobot 1.350 kilogram mulai digunakan pada tahun 1978 sebagai penghancur kapal laut dan kapal selam semua kelas. Senjata ini sangat fleksibel, dapat diluncurkan baik dari kapal maupun pesawat terbang angkut dan tempur, bahkan senapan ini dapat diluncurkan dari udara tanpa menggunakan parasut. Jika ranjau jatuh di tanah atau kedalaman air yang dangkal, ia akan menghancurkan dirinya sendiri.
Pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Rusia di Rossiyskaya Gazeta.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda