Sekelompok pendaki dalam foto di bawah ini melakukan ekspedisi melintasi wilayah pegunungan di Siberia pada Februari 1959. Malang, petualangan tersebut menjadi perjalanan terakhir mereka karena kesembilan pendaki meninggal secara misterius.
Terlepas dari berbagi foto dan catatan harian para pendaki, kasus ini tetap tidak terpecahkan selama lebih dari 60 tahun.
Walau hasil investigasi memutuskan bahwa “penyebab kematian adalah kekuatan tak dikenal yang tidak dapat diatasi oleh para pendaki”, ambiguitas kesimpulan resmi, sejumlah kesalahan penyelidikan, dan banyak fakta lain yang tak dapat dijelaskan memicu puluhan teori konspirasi. Berikut tiga teori yang paling populer.
Pada 1959, dunia berada di tengah Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kerahasiaan melingkupi tiap aspek kehidupan di Uni Soviet, begitu pula paranoia terhadap mata-mata asing. Namun, bagaimana jika kecemasan ini sebetulnya tidak seremeh apa yang terlihat saat ini?
Beberapa orang justru tidak berpikir demikian. Sekelompok penulis dengan nama samaran Alexey Rakitin percaya bahwa KGB, mata-mata asing (kemungkinan besar CIA), dan unit kontraintelijen Soviet terlibat dalam insiden fatal tersebut.
Menurut teori ini, kesembilan pendaki Dyatlov sebetulnya merupakan perwira KGB yang menyamar. Pendakian itu sendiri merupakan bagian dari misi kontraintelijen yang disamarkan dan dirancang untuk menggagalkan operasi mata-mata asing di Uni Soviet. Mereka juga berhipotesis bahwa salah satu pendaki mungkin adalah pengkhianat yang berencana menggunakan ekspedisi tersebut demi membocorkan informasi rahasia ke intelijen asing.
Sekalipun terdengar mengada-ada, teori ini tak sepenuhnya tidak berdasar. Tiga pakaian terpisah yang mengandung zat radioaktif ditemukan pada jasad para pendaki di lokasi tragedi.
”Pakaian-pakaian itu terkontaminasi debu radioaktif yang jatuh dari atmosfer atau pakaian itu memang rentan terkontaminasi ketika bersentuhan dengan zat radioaktif,” tulis laporan investigasi resmi kecelakaan itu tanpa keterangan lebih lanjut.
Para pendukung teori “permainan mata-mata” percaya bahwa kunci misteri yang mematikan ini terletak pada kenyataan bahwa dua pendaki, Georgy Krivonischenko dan Rustem Slobodin, bekerja di Kota Chelyabinsk-40 (sekarang dikenal sebagai Ozersk), tempat pemroduksian plutonium untuk kebutuhan persenjataan selama Perang Dingin.
Dengan begitu, fakta tersebut dapat menjelaskan kontaminasi sejumlah pakaian yang ditemukan di lokasi tragedi dan, secara bersamaan, meletakkan dasar bagi operasi (atau kejahatan) terkait intelijen yang mengakibatkan kematian sembilan orang dan kasus yang sengaja ditutup-tutupi KGB.
Teori populer lainnya menyatakan bahwa para pendaki menjadi korban guna-guna masyarakat adat karena “gunung keramat” yang didaki telah mereka kotori, baik sengaja maupun tidak.
Ketika mayat para pendaki ditemukan, para penyelidik awalnya menduga tragedi itu terjadi akibat pembunuhan massal yang dilakukan orang-orang Mansi, kelompok etnis setempat yang sebagian besar adalah pemburu dan tinggal sekitar 100 km dari lokasi kejadian.
Namun, pada tahap akhir investigasi, kemungkinan itu dikesampingkan.
“Penyelidikan tidak menemukan keberadaan orang lain selain anggota kelompok Dyatlov di “daerah ketinggian 1,079” (sebutan daerah tersebut pada masa itu) pada 1 atau 2 Februari 1959. Selain itu, orang-orang Mansi yang tinggal 80—100 km dari tempat kejadian amat bersahabat dengan para pendaki. Mereka menyediakan akomodasi, bantuan, dan lain-lain. Tempat mayat para pendaki itu ditemukan dianggap tidak cocok untuk berburu dan menggembalakan rusa selama musim dingin,” tulis hasil investigasi.
Meskipun para penyelidik mengeluarkan orang-orang Mansi dari daftar tersangka, beberapa teori konspirasi justru tetap mencurigai mereka. Pada 2019, Anatoly Stepochkin, seorang penduduk daerah itu, membuat klaim yang menghebohkan di sebuah stasiun TV nasional. Ia mengatakan seorang pria Mansi setempat pernah mengaku bahwa orang-orang sukunya telah membunuh para pendaki.
“Turis-turis menjarah tempat suci kami. Ketika para syaman (dukun) mengetahuinya, mereka memanggil para pemburu untuk menemukan mereka (kesembilan pendaki). Ketika semua anggota kelompok Dyatlov tidur, para syaman memasuki tenda dan menyihir mereka. Setelah beberapa saat, mereka semua mati. Jika mereka mengganggu kami, kami balas dengan kejahatan,” kata Stepochkin mengutip pengakuan orang Mansi yang tak disebutkan namanya.
Meski “pengakuan” itu tidak membuka kembali penyelidikan tragedi Dyatlov, teori “ilmu hitam” tetap memikat banyak penggemar teori konspirasi.
Foto ini, sering disebut sebagai “foto No. 34”, telah dibuang dari arsip kasus ini karena kualitasnya yang buruk. Para pendukung teori UFO bersikeras bahwa teori ini tidak boleh ditinggalkan karena itulah satu-satunya cara untuk mengungkap kebenaran tentang insiden Dyatlov.
Pada 2019, para wartawan mewawancarai Boris Sychev, seorang anggota tim SAR yang saat itu bertugas menemukan jasad pendaki yang meninggal. Pria tersebut mengatakan bahwa tim SAR menyaksikan fenomena aneh yang mereka sebut sebagai “bola api”.
“Kami melihat bola api melayang di langit dekat penyeberangan. Bentuknya mirip piringan Bulan, tetapi itu bukan Bulan. Bola api ini berukuran lebih besar. Benda itu terbang dari persimpangan dan melayang menjauh dari kami. Kami tidak melihat cahaya terang lain dan kemudian ia menghilang begitu saja. Kami semua bingung,” kata Sychev.
Banyak ahli teori konspirasi percaya bahwa sejumlah penampakan “bola api” atau “bola cahaya” tersebut sengaja tidak dilaporkan baik karena ketidakmampuan para penyelidik untuk menjelaskannya atau karena beberapa konspirasi terkait UFO yang sebenarnya.
Para pendukung teori ini percaya bahwa “bola api” itu bisa menyebabkan kematian para pendaki dengan memancarkan seberkas energi yang tak dikenal ke arah mereka. Anehnya, salah satu pendukung paling terkenal dari teori ini adalah mantan jaksa penuntut umum Soviet Lev Ivanov.
Tidak semua teori yang berhubungan dengan ruang angkasa menegaskan bahwa UFO bertanggung jawab atas kematian para pendaki Dyatlov. Beberapa orang percaya bahwa meteorit bisa jadi menyebabkan fenomena serupa (dan berdampak mematikan pada manusia) atau, alternatif lain, uji peluncuran roket rahasia oleh militer Soviet.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda