Komposit lukisan "Pertempuran Navarino" karya Ambroise Louis Garneray dan lukisan "Laskarina Bouboulina" (pelukis tidak diketahui).
Museum Sejarah Prancis/Legion MediaUkiran Laskarina Bouboulina, Pahlawan Perang Kemerdekaan Yunani, 1827.
Legion Media"Di sampingnya, yang bimbang menjadi kuat, dan di depannya, yang berani bergerak mundur...," tulis sejarawan Ioannis Philemon menggambarkan sosok pahlawan wanita yang berjuang dalam Perang Kemerdekaan Yunani dari Kekaisaran Ottoman (1821 – 1829), Laskarina Bouboulina.
Nyalinya yang besar membuatnya tak hanya dikenal di Yunani, tetapi juga memesona Rusia yang berada jauh dari tanah kelahirannya.
Laskarina menjalani kehidupan yang sangat menakjubkan. Dia lahir di penjara Konstantinopel ketika ibunya mengunjungi sang ayah, yang berpartisipasi dalam pemberontakan melawan Kekaisaran Ottoman pada 1769 – 1770.
Selama Perang Rusia-Turki (1806 – 1812), dia dan suami keduanya sama-sama berperang melawan Ottoman. Setelah suaminya tewas di tangan bajak laut Aljazair, Bouboulina mewarisi kekayaan melimpah dari sang suami. Sebenarnya, dia bisa saja menikmati hidup bergelimang harta seumur hidup dan membesarkan keenam anaknya dengan tenang. Namun, dia memutuskan untuk melanjutkan bisnis keluarganya dan bergabung dengan gerakan revolusi Yunani.
Lukisan Laskarina Bouboulina, Pahlawan Perang Kemerdekaan Yunani karya Von Hes.
Legion MediaBouboulina telah terlibat secara aktif mendukung gerakan revolusi Yunani sebelum pemberontakan terhadap Ottoman dimulai. Dia sering memberikan dana kepada perkumpulan rahasia Filiki Eteria, yang berjuang untuk kemerdekaan Yunani. Ketika Revolusi Yunani dimulai pada 1821, dia terjun langsung memimpin armadanya sendiri, yang terdiri dari delapan kapal perang. Saat itu, yang menjadi andalannya adalah kapal korvet Agamemnon dengan 18 senjata.
Meski telah berusia lebih dari setengah abad, dia tetap terjun ke tengah medan pertempuran dengan gagah berani. Pasukannya membantu membebaskan beberapa kota dan berhasil merebut Benteng Palamidi di Nafplion, yang dibentengi dengan baik. Kota ini menjadi ibu kota pertama Yunani.
Pada Mei 1821, putranya Yiannis Giannuza tewas dalam pertempuran Argos.
“Seorang wanita yang sangat kaya ikut mengangkat senjata, mengorbankan kapal-kapalnya, uangnya, dan bahkan puteranya sendiri untuk kemerdekaan tanah airnya, ini adalah fakta yang sangat langka dalam sejarah bangsa-bangsa. Dia memiliki hati singa,” tulis sejarawan Anargyros Chatzianargyrou, yang menyaksikan langsung pertempuran itu.
Meski demikian, kematian pejuang kemerdekaan Yunani itu tak seheroik perjuangannya. Pada 1825, keluarga Bouboulina terlibat pertengkaran dengan keluarga Kutsis, yang tidak merestui pernikahan putrinya dengan putra Bouboulina. Dalam salah satu pertengkaran, Bouboulina tewas ditembak, lima tahun sebelum Yunani mendeklarasikan kemerdekaannya.
Gambar Laskarina Bouboulina yang dipublikasikan oleh Lubok print, awal abad ke-19.
Getty ImagesBouboulina sangat dikenal dan dihormati di Kekaisaran Rusia. Kedekatan dalam hal iman telah membangkitkan kekaguman orang-orang Rusia terhadap pemberontak Yunani yang juga memeluk Ortodoks itu.
Bouboulina, yang di Rusia disebut "Bubulina", sering digambarkan di kanvas. Namun, alih-alih berdiri di atas kapal, sang pejuang revolusi malah dilukis tengah menunggang kuda. Namanya juga disinggung dalam karya-karya Nikolai Gogol, Ivan Turgenev, dan Nikolai Leskov.
Setelah berita kematiannya sampai ke telinga Kaisar Rusia Aleksandr I, Bouboulina dianugerahi gelar kehormatan Laksamana Angkatan Laut Rusia secara anumerta. Sepanjang sejarah Rusia, hanya dia satu-satunya wanita yang dianugerahi kehormatan seperti itu.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda