Sergey Prisekin, Pertempuran Kulikovo, 1980.
Global Look PressAwalnya, Gerombolan Emas adalah bagian dari Kekaisaran Mongol. Pada 1237, Batu Khan, penguasa Gerombolan Emas dan sekaligus cucu Jenghis Khan, menyerbu Rus Kiev (negeri cikal bakal Rusia), membakar dan menjarah kota-kota utamanya — Kiev, Vladimir, Ryazan, Chernihiv — serta kota-kota lainnya. Pada saat itu, pasukan Mongol melebihi jumlah pasukan Rusia.
Setelah penyerbuan, bangsa Mongol menarik diri karena mereka memang tak berencana mencaplok wilayah-wilayah Rusia. Sebaliknya, bangsa Mongol malah membiarkan rakyat Rusia memutuskan sendiri pangeran mana yang berhak memimpin kota-kota mereka. Meski begitu, supaya boleh memerintah, pangeran-pangeran Rusia harus berkelana ke Gerombolan Emas sebagai bentuk kepatuhan dan mendapat ‘restu’ untuk memimpin. Selain itu, Rusia juga harus membayar upeti kepada Gerombolan Emas, bahkan setelah 1259, ketika negara itu menjadi kekhanan yang terpisah dari Kekaisaran Mongol. Sistem ketergantungan ini disebut Penindasan Tatar-Mongol.
Penindasan Tatar-Mongol sangat memengaruhi budaya Rusia. Teknologi, sastra, dan barang-barang produksi semuanya memburuk selama era Penindasan. Namun, pada 1380, Pangeran Dmitry dari Moskow akhirnya mengalahkan pasukan Gerombolan Emas dalam Pertempuran Kulikovo yang legendaris. Penindasan Tatar-Mongol secara resmi berakhir pada 1480 ketika Ivan yang Agung dari Moskow memaksa pasukan Tatar mundur setelah terdesak di Sungai Ugra. Sejak itu, tanah Rusia kembali merdeka.
Lukisan ‘Polandia menyerahkan Kremlin Moskow kepada Pangeran Pozharsky’ oleh Ernst Lissner.
Galeri TretyakovPada 1569, Kerajaan Polandia dan Kadipaten Agung Lituania membentuk Persemakmuran Polandia-Lituania. Negara-negara ini sebetulnya telah berperang melawan wilayah-wilayah Rusia sejak abad ke-15. Namun, persatuan kedua negara itu justru melahirkan monarki federal yang sangat kuat.
Setelah Rusia terperosok dalam Masa Kekecauan (periode dalam sejarah Rusia setelah kematian tsar Rusia terakhir dari Dinasti Rurik pada 1598 hingga pendirian Dinasti Romanov pada 1613), Persemakmuran Polandia-Lituania, bersama Swedia, menyerbu wilayah Ketsaran Rusia. Selama Pertempuran Klushino pada 1610, tentara Polandia berhasil menghancurkan pasukan Rusia. Setelah itu, Tujuh Boyar (sekelompok bangsawan Rusia yang menggulingkan Tsar Vasily Shuisky pada 17 Juli 1610) mengundang Władysław IV Vasa untuk menjadi penguasa Rusia. Moskow diduduki penjajah Polandia selama dua tahun. Pada 1612, tentara rakyat yang dipimpin Kuzma Minin dan Pangeran Dmitry Pozharsky membebaskan Moskow dari pendudukan Polandia. Setelah itu, era Dinasti Romanov dimulai.
‘Pertempuran Poltava’, ukira F. Simon berdasarkan karya asli D. Marten.
Vladimir Boiko/Global Look PressTentara Swedia sempat menaklukkan Novgorod pada 1611, tetapi mereka terpaksa mengembalikannya pada 1617. Namun, karena syarat perjanjian damai tahun 1617, Rusia kehilangan akses ke Laut Baltik.
Kemudian, selama Perang Utara Raya (1700 – 1721), tentara Swedia menyerbu wilayah Kekaisaran Rusia (yang kini merupakan wilayah Belarus) dan merebut kota Mogilev. Sementara beberapa tentara Swedia mencoba mengepung Sankt Peterburg pada 1708 (tetapi kota itu berhasil bertahan), Karl XII dari Swedia memimpin pasukan untuk menyerang wilayah di sekitar Smolensk. Meski begitu, mereka gagal merebut kota yang selalu dianggap sebagai “kunci ke Moskow” tersebut. Karena itu, Karl dan pasukannya mundur ke selatan, ke Ukraina.
Pada Juni 1709, di dekat kota Poltava, Pyotr yang Agung menghancurkan tentara Swedia dalam pertempuran besar, dan Karl XII akhirnya melarikan diri ke Turki.
‘Napoleon di Moscow’, 1841, oleh Albrecht Adam.
Museum Kremlin MoskowSelama perang tahun 1812, lebih dari 600 ribu tentara tentara Prancis yang dipimpin Napoleon menyerbu Kekaisaran Rusia. Mereka menyeberangi Sungai Neman dan menyerang kota Riga. Pasukan Napoleon kemudian bergerak ke Smolensk. Prancis berhasil mendesak tentara Rusia, menghanguskan Smolensk, dan berbaris ke Moskow.
Dalam pertempuran Borodino di dekat Moskow, kedua pasukan sama-sama hancur, tetapi Napoleon berhasil menduduki Moskow (untuk terakhir kalinya dalam sejarah kota tersebut). Namun, itu semua sia-sia. Aleksandr I dari Rusia menolak berdamai dan menuruti permintaan kaisar Prancis yang putus asa lantaran setengah pasukannya telah dikalahkan.
Ketika tentara Prancis mulai mundur, rakyat Rusia, dengan dukungan tentara Rusia, melancarkan perang gerilya. Strategi itu berhasil membuat pasukan Prancis kocar-kacir. Rusia bahkan mengejar pasukan Prancis sampai Paris hingga bertekuk lutut.
Pasukan Inggris di Arkhangelsk pada 1918.
Foto arsipIntervensi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini terjadi selama masa Perang Saudara di Rusia (1917 – 1921), ketika usia Soviet masih seumur jagung. Setelah Traktat Brest-Litovsk pada Maret 1918, yang mengakhiri keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia I), sejumlah negara memulai pendudukan militer di berbagai wilayah Rusia. Jerman telah menduduki beberapa wilayah Rusia bagian Eropa, Inggris mengendalikan Arkhangelsk, Murmansk, Sevastopol, dan Krimea; Prancis dan Yunani mengendalikan sebagian wilayah Odessa; Italia dan Inggris mulai menginvasi Timur Jauh Rusia, dan Finlandia telah menduduki wilayah Karelia. Secara total, 14 negara telah menduduki Rusia selama periode ini.
Namun pada 1919, berkat upaya militer dan diplomatik pemerintah Bolshevik, sebagian besar pasukan asing telah meninggalkan wilayah Rusia.
Serangan Nazi Jerman terhadap Rusia selama Perang Dunia II adalah operasi militer terbesar dan paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.
Jerman memulai serangan mereka dari berbagai arah, menduduki Ukraina (saat itu wilayah Uni Soviet), mengepung Leningrad (sekarang Sankt Peterburg), merebut Kursk di selatan, Arkhangelsk di utara, dan Voronezh. Invasi Jerman sebagian besar terjadi di wilayah Rusia bagian Eropa, hingga ke Stalingrad (sekarang Volgograd) di selatan. Namun setelah pertempuran Stalingrad, pasukan Hitler terdesak mundur ke Kursk dan akhirnya dipaksa pulang ke Jerman, dan akhirnya dikalahkan.
Sama seperti saat Kekaisaran Rusia merebut ibu kota Prancis pada 1812 untuk memastikan kemenangan, Uni Soviet juga merebut Berlin pada 1945, menghancurkan rezim Nazi yang mengerikan dengan bantuan sekutu Perang Dunia II.
Militer Rusia tak hanya pernah merasakan manisnya kemenangan, tapi juga menelan kekalahan pahit. Inilah beberapa kekalahan paling memilukan sepanjang sejarah Rusia.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda