Makam Prajurit Tanpa Nama di dekat Kremlin dipersembahkan untuk semua tentara Soviet yang mengorbankan hidup mereka demi membela negara pada 1941 – 1945.
Getty ImagesPada 1946, menanggapi pidato Winston Churchill yang menandai dimulainya Perang Dingin, Josef Stalin mengungkit soal Perang Patriotik Raya (istilah orang Rusia yang mengacu pada perang melawan Nazi Jerman) dan menyatakan bahwa “gara-gara invasi Jerman, Uni Soviet kehilangan ... sekitar tujuh juta orang.” Itulah sikap resmi pertama pemerintah Soviet menyangkut korban Perang Dunia II, dan itu sama sekali tidak benar.
Beginilah perubahan perkiraan resmi jumlah korban yang ditanggung Uni Soviet akibat Perang Dunia II dari 1946 hingga 2015.
Alexander Kislov“Faktanya, Stalin mengetahui data statistik lainnya: 15 juta korban. Jumlah ini dimuat dalam laporan yang disampaikan kepadanya pada awal 1946 oleh Kepala Komite Perencanaan Negara Nikolai Voznesensky,” kata Profesor Viktor Zemskov dari Institut Sejarah Rusia. Zemskov menduga, Stalin ingin menyembunyikan angka yang sebenarnya dari rakyat Soviet dan dunia supaya Uni Soviet tak terlihat sebagai negara yang menderita akibat perang.
Meski begitu, perkiraan tujuh juta korban tak bertahan lama karena kebanyakan orang Soviet percaya angka itu terlalu rendah. Pada 1965, Nikita Khrushchev, yang menggantikan Stalin sebagai pemimpin Uni Soviet, menyebutkan jumlah yang lebih tinggi: 20 juta jiwa. Pada dasarnya, inilah angka yang menjadi evaluasi resmi sepanjang sisa era Soviet — Leonid Brezhnev juga mengikutinya, tetapi menambahkan frasa “lebih dari” pada jumlah tersebut.
Makam Prajurit Tanpa Nama sering kali dihiasi dengan karangan bunga.
Artem Korotaev/TASSBaik Khrushchev maupun Brezhnev sama-sama menggunakan frasa “negara menanggung kerugian besar akibat perang …” untuk menyatukan semua orang, tidak melupakan mereka yang tewas di medan perang, para korban pendudukan Jerman, mereka yang mati kelaparan, dll.
Setelah Uni Soviet bubar, estimasi tersebut bertambah lagi. Menurut pernyataan terakhir yang secara resmi diakui pemerintah Rusia, jumlah korban (baik di kalangan tentara maupun warga sipil) mencapai 26,6 juta orang. Itulah evaluasi resmi kerugian perang (pada 2019), yang disebutkan para pejabat negara pada Hari Kemenangan dan sejumlah peringatan serupa lainnya.
Warga Leningrad (sekarang Sankt Peterburg) selama pengepungan kota (1941 – 1943).
Boris Kudoyarov/SputnikMeski begitu, angka tersebut tidak mencakup seluruh Perang Dunia II, melainkan hanya perang antara Uni Soviet dan Nazi Jerman antara 1941 – 1945, tidak termasuk operasi Soviet antara 1939 – 1941 (invasi Polandia dan Perang Musim Dingin dengan Finlandia) dan perang Soviet-Jepang tahun 1945.
Hal penting lainnya adalah bahwa perkiraan resmi yang disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia pada 2015 tersebut memisahkan jumlah korban jiwa (26,6 juta orang) ke dalam dua kategori berikut:
Seorang perwira Soviet memerintahkan pasukannya untuk menyerang.
Maz Alpert/SputnikPerkiraan 26,6 juta korban jiwa adalah angka resmi (sampai sekarang), tetapi bukan satu-satunya. Meski Perang Patriotik Raya berakhir hampir 75 tahun yang lalu, perdebatan jumlah korban masih terus berlanjut. Beberapa sejarawan bahkan mengusulkan berbagai cara untuk menghitung jumlah korban.
Di satu sisi, dari waktu ke waktu, versi lain menunjukkan jumlah yang lebih besar daripada angka perkiraan resmi. Misalnya, pada 2017, Deputi Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma) Nikolai Zemtsov menyatakan, “Uni Soviet kehilangan hampir 42 juta orang karena perang (Patriotik Raya).” Namun, versi itu sangat diragukan. Dalam jumlah yang sangat besar itu, Zemtsov tak hanya memasukkan orang-orang yang benar-benar mati, tetapi anak-anak yang tidak dilahirkan (meninggal dalam kandungan) karena perang. Perhitungan semacam itu, sebagaimana yang dinyatakan para pakar demografi profesional, tentu tidak benar.
Arkeolog forensik Soviet mempelajari mayat-mayat yang ditemukan di kamp konsentrasi, 1943.
russiainphoto.ru/SputnikDi sisi lain, ada pula pendapat yang menyebutkan bahwa angka 26,6 juta sudah terlalu tinggi. Dalam artikel yang ditulis pada 2015, Viktor Zemskov mengatakan bahwa jumlah korban perang (11,5 – 12 juta) benar, tetapi jumlah korban sipil karena faktor perang terlalu banyak. “Statistik semacam itu memasukkan peningkatan angka kematian di negara yang tengah berperang karena kekurangan gizi, kerja yang berlebihan, dan sebagainya ... saya tidak setuju dengan pendekatan seperti itu.”
Menurut Zemskov, dalam hal ini terlalu sulit untuk membedakan antara kematian yang disebabkan perang dan kematian alami. Supaya mendapatkan angka yang lebih akurat, para sejarawan seharusnya hanya memasukkan jumlah kematian warga sipil yang disebabkan perang, yaitu mereka yang dibunuh langsung oleh Jerman, oleh pengeboman, dan mereka yang tewas selama Pengepungan Leningrad — yang berjumlah 4,5 juta jiwa. Jika angka tersebut dikombinasikan dengan jumlah korban perang yang sebenarnya, hasilnya 16 juta orang. Di sisi lain, data pemerintah mencakup lebih banyak orang.
Sementara perdebatan mengenai metode evaluasi tak kan pernah menemukan titik temu, satu hal yang tak bisa dipungkiri: Uni Soviet kehilangan banyak orang selama Perang Patriotik Raya. Merekalah orang-orang terkuat dan paling berani di masanya, yang menyelamatkan dunia dari ancaman Nazi. Konsekuensi kemenangan itu sungguh mengerikan, tetapi risiko kekalahan jauh lebih tak terbayangkan.
Bukan sulap, bukan sihir. Inilah salah satu penipuan militer terbesar sepanjang masa yang melibatkan ratusan ribu warga Moskow. Bagaimana Rusia berhasil menyembunyikan Kremlin dari sasaran pengeboman Nazi?
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda