Serangan terhadap Istana Musim Dingin. Foto ini merupakan hasil rekonstruksi.
Mary Evans Picture Library/Global Look PressSekelompok orang yang marah, menembak dan berteriak, menyerang dan mengambil alih bangunan ini. Seorang pria terluka, berlutut di jalanan, meminta yang lainnya untuk melanjutkan perang suci melawan tirani, sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya. Lautan manusia tak ada habisnya berlari dan menaiki gerbang raksasa ini. Akhirnya orang-orang ini berhasil masuk ke dalam bangunan besar ini. Revolusi telah menang dan teriakan "Uraaa!" (hore!) bergema di udara layaknya guntur.
Begitulah bagaimana Sergey Eisenstein, seorang direktur film Soviet terkenal, menggambarkan momen yang menjadi kunci pada peristiwa Revolusi Oktober, yakni penyerbuan Istana Musim Dingin yang pernah menjadi kediaman Wangsa Romanov di Petrograd dalam filmnya yang berjudul Oktober: Sepuluh Hari yang Mengguncang Dunia (1928). Adegan ikonik ini ditampilkan dengan penuh semangat. Namun ada satu kelemahan dalam film ini, bahwa sebenarnya apa yang digambarkan dalam film ini tidak benar-benar terjadi dalam peristiwa aslinya.
Pendukung Pemerintahan Sementara yang sedang berada di dalam Istana Musim Dingin.
Global Look PressKenyataannya, kejadian yang sesungguhnya tidak seheroik seperti yang dibayangkan. Pada 6 November 1917 (bertepatan dengan 25 Oktober di kalender Julian, kalender yang digunakan di Rusia hingga tahun 1918), Pemerintahan Sementara yang memerintah Rusia setelah turunnya Nikolay II sejak bulan Maret berada dalam posisi lemah. Mereka tidak dapat menciptakan perubahan serius sehingga demonstrasi semakin meningkat. Mereka bahkan kehilangan kendali atas ibukota.
Saat itu, garnisun Petrograd sudah lebih dari kata tidak puas terhadap Aleksandr Kerensky, kepala Pemerintahan Sementara Rusia saat itu. Beberapa minggu sebelumnya, ia telah mencoba mengirim resimen yang ditempatkan di ibukota ke garis depan Perang Dunia I yang masih terus berkecamuk.
Prajurit-prajurit yang tak mau berperang, menolak untuk maju. Malah semakin banyak dari mereka yang datang untuk mendukung kaum Bolshevik yang radikal dan menyuarakan untuk melakukan pemberontakan lainnya. Pada tanggal 4 dan 5 Oktober, kaum Bolshevik yang dipimpin oleh Vladimir Lenin dan Lev Trotsky secara bertahap merebut kekuasan di kota tersebut.
Revolusi Rusia, Oktober 1917. Serangan terhadap Istana Musim Dingin, St Peterburg (Petrograd) yang digambarkan dalam lukisan.
Global Look PressPeristiwa ini lebih tampak seperti perubahan penjaga istana saja daripada sebagai sebuah revolusi. Para tentara menyambut para revolusioner bersenjata yang baru tiba di kantor pusat dengan mengatakan bahwa "Pemerintah Sementara telah digulingkan". Rezim Soviet dipilih oleh masyarakat kelas bawah yang menjadi pendukung utama kaum Bolshevik.
Prajurit yang tidak terlalu mendukung pemerintahan lama, dengah cepatnya mengubah posisi dan mendukung kaum revolusioner. Pada malam sebelum revolusi terjadi, Kerensky hampir tidak memiliki pasukan. Ia meninggalkan Petrograd pagi harinya pada tanggal 6 Oktober dan mencoba mengumpulkan resimen yang masih setia dari garis depan. Namun ia gagal melakukan hal ini.
Sementara itu, orang-orang pemerintahan yang tersisa masih berusaha melindungi bangunan-bangunan utama yang berada di bawah kendali mereka, meski jumlah bangunan itu tak banyak, hingga akhirnya hanya menyisakan bangunan Istana Musim Dingin saja. Mereka memobilisasi semua orang yang masih bisa diperintah, termasuk para taruna (pelajar di sekolah militer) dan batalyon wanita.
"Masih belum jelas, beberapa jumlah tentara yang masih ada di sana, baik di dalam dan di luar, di sekitar istana, mungkin sekitar 500 sampai 700 orang," kata Yuliya Kantor, seorang sejarawan Rusia kepadaLenta.ru. "Mereka pergi dan kembali dari waktu ke waktu."
Pada malam itu, para pendukung Bolshevik, yakni kelompok militer mereka (Garda Merah) telah mengepung istana. Pukul 09.40 kapal penjelajah Aurora yang ditambatkan di sungai Neva mulai menembakkan tembakan kosong yang menjadi tanda perintah dimulainya serangan.
Sejak kejatuhan kaum monarki, Istana Musim Dingin tak lagi digunakan sebagai tempat tinggal para bangsawan, namun digunakan sebagai markas untuk orang-orang Pemerintahan Sementara dan rumah sakit. Banyak tentara yang terluka di medan Perang Dunia I dan kemudian di bawa ke istana karena di sana tersedia banyak ruangan. Beberapa tentara yang terluka menjadi korban saat artileri Bolshevik mulai membombardir istana dari arah benteng Pyotr dan Pavel ke sisi lain sungai Neva.
Istana Musim Dingin di Petrograd yang mengalami kerusakan akibat tembakan dari arah Benteng Pyotr dan Pavel.
Mary Evans Picture Library/Global Look PressSelain itu, serangan ini dilancarkan dengan tenang dan lebih menyerupai penguasaan kilat atas istana tersebut. Saat istana diserang, belasan orang pimpinan militer Bolshevik Vladimir Antonov-Ovseyenko menyelinap ke istana melalui gerbang yang terbuka dan tanpa penjagaan di bagian belakang istana.
Setelah beberapa jam dihabiskan untuk berkeliaran di dalam bangunan besar tersebut, kelompok ini akhirnya tiba di ruangan tempat semua menteri sedang mengadakan pertemuan. Antonov-Ovseyenko segera menangkap mereka dan di saat yang sama ia menjanjikan keselamatan bagi semua penjaga istana, jika mereka bersedia meletakkan senjata mereka.
Reproduksi foto Vladimir Antonov-Ovseyenko (1883-1939) yang diambil pada tahun 1923. Ia adalah pemimpin serangan terhadap Istana Musim DIngin pada tahun 1917.
Pavel Zhukov/RIA NovostiKurang lebih, apa yang mereka lakukan dalam serangan ini lebih menyerupai serangan yang hampir tak menumpahkan darah. Sebagai sejarawan, Boris Sapunov mengatakan bahwa "para pemimpin Soviet sebenarnya memiliki dasar untuk mengatakan bahwa Revolusi Oktober adalah pemberontakan yang paling tidak berdarah dalam sejarah pemberontakan di Eropa." Sejarah Pemerintahan Sementara di Petrograd pun berakhir dengan hening dan tanpa ada perlawanan serius.
Foto ruangan bergaya gotik dalam Istana Musim DIngin yang baru diambil alih oleh pasukan militer Komite Revolusi.
Global Look PressAdapun yang paling menjadi korban utama dari serangan ke istana ini adalah gudang anggur yang indah. Demi mencegah para tentaranya untuk banyak minum minuman keras, Antonov-Ovseyenko memerintahkan agar tembakan diarahkan ke tempat tersebut. Anggur merah pun mengalir membasahi jalanan dan hilang di saluran pembuangan, sehingga memberikan kesan pada orang-orang bahwa telah banyak darah yang tumpah selama pertempuran. Faktanya, darah sesungguhnya baru tumpah di hari kemudian.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda