Empat tahun di Zenit St. Petersburg, Hulk bermain di 148 pertandingan dan mencetak 77 gol.
Anatoly Medved / RIA NovostiDua tahun setelah mengeluhkan cacian yang diterima di “hampir setiap pertandingan,” mantan striker klub sepak bola Zenit St. Petersburg berkebangsaan Brasil, Givanildo Vieira de Souza (atau yang lebih dikenal sebagai Hulk), mengatakan bahwa tidak ada lagi rasisme dalam sepak bola Rusia.
“Saya yakin hal semacam itu tidak ada lagi. Cacian (rasisme) itu tidak terjadi sama sekali selama Piala Konfederasi. Saya juga yakin itu tidak akan terjadi pada Piala Dunia (2018),” ujar Hulk kepada CNN Sport, Rabu (5/7).
Striker yang bermain untuk Zenit selama empat tahun dari 2012 hingga 2016 tersebut kemudian mengungkapkan kepercayaannya bahwa isu rasisme telah diatasi di Rusia.
Hulk sebelumnya mengatakan bahwa suporter tim lawan, di antaranya Spartak Moscow dan FC Torpedo Moscow, kerap mencacinya saat berlaga membela Zenit pada musim 2014/2015.
“Saya mengalami beberapa kasus (rasisme) di Rusia, terutama pada satu tahun pertama di klub. Seiring waktu, hal ini membaik,” ujar Hulk.
“Saya semakin terbiasa dengan sepak bola Rusia. Orang Rusia semakin merangkul saya. Jadi, kira-kira satu tahun sebelum meninggalkan Zenit, hal ini tidak terjadi lagi,” katanya menambahkan.
Givanildo Vieira de Souza memulai karier profesional di Flamengo, kemudian bergabung dengan Manchester United. Dia mendapat julukan “Hulk” karena postur tubuhnya yang besar dan kekar sehingga mirip dengan tokoh Hulk buatan Marvel Comics. Hulk memulai debut seniornya di tim nasional Brasil pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Setelah jarang menetap sebagai pemain pemuda, Hulk mulai bermain secara profesional dengan Esporte Clube Vitória di Salvador, Bahia, kemudian beremigrasi ke Jepang untuk membela klub Kawasaki Frontale. Setelah tinggal di Jepang, Hulk pindah ke Portugal dan didatangkan untuk juara bertahan FC Porto, yang membeli 50 persen hak pemain senilai 5,5 juta euro dari klub Uruguay CA Rentistas.
Sejak Juli 2016, Hulk bermain untuk Shanghai SIPG di Tiongkok.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda