Para ahli dari Jerman, Yunani, dan Italia mulai melakukan penerbangan pengamatan di wilayah udara Rusia sejak Senin (24/10) hingga Jumat (28/10) mendatang dalam rangka perjanjian Open Skies. Demikian hal tersebut dilaporkan oleh Kepala Pusat Nasional Pengurangan Risiko Nuklir Sergey Zeballo.
"Sebagai bagian dari realisasi perjanjian Open Skies, terhitung sejak tanggal 24 – 28 Oktober, Jerman, Yunani, dan Italia akan melakukan penerbangan pengamatan di wilayah udara Federasi Rusia dengan menggunakan pesawat observasi Swedia SAAB-340," kata Zabello.
Menurutnya, pada penerbangan yang dilakukan melalui rute yang telah disepakati, para pakar Rusia akan turut memonitor kepatuhan para pengamat terhadap parameter penerbangan. Selain itu, penggunaan peralatan pengawasan juga akan dimonitor .
Pesawat pengamat SAAB-340 diciptakan bukan untuk penggunaan senjata apa pun. Segenap peralatan untuk keperluan observasi yang terpasang pada pesawat telah lulus sertifikasi internasional yang dilakukan oleh para ahli dari Rusia. Ini menghilangkan kemungkinan penggunaan teknologi yang tidak tercakup pada perjanjian.
Perjanjian Open Skies ditandatangani pada 1992 dan merupakan salah satu upaya membangun kepercayaan di Eropa pasca-Perang Dingin. Perjanjian ini berlaku sejak 2002 dan memungkinkan negara-negara peserta untuk secara terbuka mengumpulkan informasi mengenai angkatan bersenjata dan aktivitas yang diadakan oleh masing-masing negara. Sebagian besar negara-negara NATO, beserta Rusia, Belarus, Ukraina, Georgia, serta Bosnia dan Herzegovina tergabung dalam perjanjian ini. Sementara, Swedia dan Finlandia memutuskan untuk netral. Biasanya, penerbangan pengamatan antara Rusia dan negara-negara NATO diadakan secara bergantian.
Pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Rusia oleh RIA Novosti.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda