Pada Sabtu (17/9), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pesawat koalisi pimpinan AS — dua jet tempur F-16 dan dua pesawat pendukung A-10 — melancarkan empat serangan terhadap posisi tentara Suriah.
WikipediaMoskow telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk membuat rapat darurat setelah pasukan koalisi pimpinan AS menyerang pasukan Suriah di Deir ez-Zor dan menewaskan setidaknya 80 personel. Menanggapi insiden ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam Washington dan mengatakan bahwa AS secara nyata telah melayani kepentingan teroris ISIS. Demikian hal tersebut dilaporkan RT.
"Jika sebelumnya kita memiliki kecurigaan bahwa AS melindungi front al-Nusra, sekarang, setelah serangan udara hari ini terhadap Tentara Suriah, kita sampai pada suatu kesimpulan yang benar-benar menakutkan bagi seluruh dunia: Gedung Putih membela ISIS," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada saluran televisi Rossiya 24, seperti yang dikutip RT.
"Kami menuntut penjelasan lengkap dan rinci dari Washington. Penjelasan itu harus disampaikan pada Dewan Keamanan PBB," tambah Zakharova.
Moskow menekankan bahwa serangan tersebut menimbulkan keprihatinan karena AS justru menargetkan unit-unit tentara Suriah yang telah menghancurkan militan ISIS.
Kemenlu Rusia menambahkan bahwa pihak Rusia tidak pernah diberitahu terkait rencana AS untuk melakukan pengeboman di wilayah Deir ez-Zor.
"Segera setelah pesawat koalisi melancarkan serangan udara, militan ISIS pun meluncurkan serangan ofensif mereka," kata Kepala Pusat Rekonsiliasi Rusia di Suriah Letjen Vladimir Savchenko. Dia menambahkan bahwa Pasukan Kedirgantaraan Rusia segera turun tangan segera untuk menghentikan serangan teroris dan telah melancarkan setidaknya sepuluh serangan udara terhadap posisi-posisi ISIS sejak pukul 19.00 waktu setempat, tulis RT.
"Serangan koalisi AS telah membuka jalan bagi pejuang ISIS untuk mengambil alih kota Deir ez-Zor," tegas Menteri Pertahanan Suriah Fahd Jassem al-Freij. "Karena dukungan Pasukan Kedirgantaraan Rusialah, serangan kelompok teroris dapat dihentikan. Kami meminta Rusia untuk terus membantu pasukan bersenjata Suriah dengan melancarakan serangan udara demi menghancurkan teroris. "
Kementerian Luar Negeri Rusia menekankan bahwa serangan udara koalisi AS terhadap pasukan pemerintah Suriah membahayakan kesepakatan gencatan senjata di Suriah yang sebelumnya dicapai antara Moskow dan Washington pada 9 September.
Sebelumnya pada Sabtu (17/9), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pesawat koalisi pimpinan AS — dua jet tempur F-16 dan dua pesawat pendukung A-10 — melancarkan empat serangan terhadap posisi tentara Suriah.
Militer Suriah menyebut pengeboman tersebut sebagai "agresi serius dan terang-terangan" terhadap pasukan Suriah, dan mengatakan itu adalah "bukti" bahwa AS dan sekutunya mendukung militan ISIS.
Di lain pihak, Pusat Komando AS (CENTCOM) mengeluarkan pernyataan bahwa "koalisi pimpinan AS tak akan sengaja menyerang unit militer Suriah". CENTCOM berjanji akan meninjau dengan cermat insiden tersebut.
Namun, seorang pejabat militer AS yang tak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa ia "cukup yakin" bahwa target serangan udara koalisi pimpinan AS pada Sabtu lalu adalah pasukan Suriah, bukan ISIS.
Menurut pejabat itu, pengeboman di Deir ez-Zor melibatkan intelijen AS yang telah dikumpulkan dalam beberapa hari. Serangan koalis pimpinan AS segera dihentukan setelah Rusia memberitahu Amerika bahwa mereka telah menyerang militer Suriah, kata sumber tersebut menambahkan.
Seorang pejabat senior pemerintahan Obama mengatakan kepada AP bahwa Amerika Serikat mengungkapkan "penyesalan" atas tewasnya personel pasukan Suriah kepada Damaskus yang diduga disampaikan melalui Rusia. Sang pejabat yang tak mau disebutkan namanya menambahkan bahwa AS akan terus mematuhi kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya dengan Rusia.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda