Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku saat ini belum bisa memastikan kapan pembelian pesawat tempur Rusia Su-35 (julukan NATO: Flanker-E) akan terealisasi. Hal tersebut disampaikan Luhut pada Kamis (26/5), seperti dikutip Kompas.com.
"Banyak syarat yang harus dipenuhi, proses administrasi yang perlu kami lewati cukup panjang, sehingga saat ini belum diketahui kapan pembelian tersebut akan terlaksana," ujar Luhut.
Menurut laporan Kompas.com, sebelumnya Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengonfirmasi bahwa Indonesia hendak membeli sepuluh unit pesawat tempur Su-35. Namun, proses pembelian pesawat tersebut masih didiskusikan. Ryamizard menjelaskan, pembelian pesawat untuk TNI-AU tersebut tidak akan dilakukan sekaligus, melainkan secara bertahap.
Dikembangkan untuk menyaingi pesawat siluman, Super Flanker akan memperkuat pertahanan udara dan kapabilitas proyeksi Angkatan Udara Indonesia.
Su-35 memiliki jangkauan 3.600 kilometer dengan mengandalkan bahan bakar internal sehingga AU Indonesia dapat menjalankan misi jarak jauh. Karena negara raksasa dengan 18.370 pulau ini belum memiliki mengembangkan secara maksimal jaringan lapangan udaranya, AU Indonesia tak bisa memencarkan pasukan udaranya. Namun dengan kemampuan penerbangan jarak jauhnya, Su-35 mampu mengatasi masalah ini.
Angkatan Udara Indonesia dapat menjangkau area patroli yang lebih luas dengan durasi yang lebih panjang. Pesawat ini dilengkapi dengan perangkat pengisian bahan bakar udara yang dapat memperpanjang jangkauannya, begitu pula waktu jelajahnya. Angkatan Udara India, yang melatih para pilot pesawat tempur Indonesia, telah melakukan misi sepuluh jam Sukhoi. Jadi secara teori, AU Indonesia pun bisa melakukan hal yang sama.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda