Penurunan harga minyak dan nilai tukar rubel terhadap dolar menyebabkan tersingkirnya Moskow dari tiga besar daftar SIPRI.
mil.ruPada 2015, Moskow sebenarnya meningkatkan pengeluaran di bidang pertahanan dalam mata uang nasional.
Lantas, kenapa Rusia bisa keluar dari daftar tiga besar negara yang memiliki anggaran pertahanan terbesar di dunia? Hal ini dikarenakan Stockholm International Peace Research Institue (SIPRI) menghitung anggaran pertahanan dalam bentuk dolar AS. Sementara, Rusia mengeluarkan biayanya dalam bentuk mata uang nasional (rubel). Tahun lalu, nilai rubel jatuh drastis terhadap dolar AS. Karena itulah, Rusia keluar dari daftar tersebut.
Menurut para ahli SIPRI, Rusia akan mengurangi pengeluarannya di bidang pertahanan pada 2016.
Pada 2015, Rusia meningkatkan anggaran pertahanan sebesar 7,5 persen dalam mata uang rubel. Meski begitu, penurunan harga minyak dan nilai tukar rubel terhadap dolar menyebabkan tersingkirnya Moskow dari tiga besar daftar SIPRI. Para ahli di SIPRI melakukan perhitungan anggaran pertahanan dalam kurs dolar.
Menurut penelitian yang dilakukan SIPRI, pada tahun 2015, Rusia meningkatkan anggaran pertahanannya sebesar 7,5 persen sehingga anggaran Kementerian Pertahanan Rusia mencapai 66,4 miliar dolar AS.
AS memimpin daftar dunia yang dirilis SIPRI dengan anggaran sebesar 596 miliar dolar AS di bidang pertahanan. Pada posisi kedua, Tiongkok hadir dengan anggaran sebesar 215 miliar dolar AS. Posisi ketiga diisi oleh Arab Saudi dengan anggaran sebesar 84 miliar dolar AS.
Secara persentase, Rusia adalah salah satu pemimpin pada pengeluaran PDB untuk pertahanan. Pengeluaran militer Amerika Serikat diperkirakan 3,5 persen dari PDB. Tiongkok menghabiskan sekitar 2,1 persen dari PDB, sedangkan Rusia menghabiskan 4,5 persen. Mengalahkan Rusia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab hadir dengan masing-masing 10,4 persen dan 5,1 persen dari PDB masing-masing negara.
Untuk pertama kalinya sejak 2011, total belanja militer global tumbuh sebesar satu persen mencapai 1,7 triliun dolar AS.
“Di satu sisi, biaya yang dikeluarkan untuk pertahanan mencerminkan eskalasi konflik dan ketegangan di banyak wilayah dunia. Di sisi lain, hal ini menunjukkan bahwa lonjakan pada pengeluaran militer sehubungan dengan harga minyak yang tinggi dalam satu dekade terakhir kini tinggal kenangan,” kata Kepala Proyek Pengeluaran Militer SIPRI Sam Perlo-Freeman yang tertulis di dalam laporan organisasi.
Menurut para ahli militer, Moskow mengurangi anggaran biaya militer di bawah “layanan”, tapi tak mengurangi biaya persenjataan dan pelatihan militer tentara.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda