Sendok yang merupakan instrumen rakyat Rusia ini benar-benar berbentuk sendok — yang digunakan sebagai alat bantu makan di era kuno Rusia.
Vladimir Smirnov/TASSRusia sedang mempersiapkan diri untuk Piala Dunia 2018. Dengan sisa waktu satu tahun lagi, instrumen musik nasional yang akan digunakan para fans sepak bola sudah ada: sendok besar yang terbuat dari kayu, yang merupakan instrumen perkusi Rusia dari era kuno.
Berbeda dengan vuvuzela yang dimainkan di Piala Dunia 2014 di Afrika Selatan, yang suaranya mirip dengungan lebah, sendok satu ini punya ciri khas tersendiri. Di tangan yang ahli, sendok ini dapat menciptakan kombinasi suara menarik, yang kurang lebih mirip kastanyet Spanyol. Tapi jika ada banyak sendok dan mustahil untuk mengharmoniskan ritme suaranya, ada satu hal yang pasti: suaranya akan sangat, sangat keras.
Jika ada banyak sendok dan mustahil untuk mengharmoniskan ritme suaranya, ada satu hal yang pasti: suaranya akan sangat, sangat keras. Sumber: Zhar Ptitsa/Youtube
Sendok yang merupakan instrumen rakyat Rusia ini benar-benar berbentuk sendok — yang digunakan sebagai alat bantu makan di era kuno Rusia. Sendok tersebut terbuat dari beragam tipe kayu, termasuk kayu pohon saru (linden), aspen, maple, dan ash. Tidak diketahui persis kapan sendok itu pertama kali digunakan sebagai instrumen musik — sumber terawal menyebutkan abad ke-13, tapi beberapa sejarawan mengatakan akhir abad ke-18.
Perbedaan sendok tersebut dengan sendok yang biasa dipakai makan adalah daya tahannya. Biasanya ia terbuat dari kayu yang tebal dan keras seperti kayu maple atau birch. Tipe kayu yang digunakan juga mempengaruhi suara yang dihasilkan.
Salah satu syarat utama instrumen musik untuk fans di Piala Dunia adalah ia harus sejalan dengan budaya tuan rumahnya. Rusia memang punya banyak jenis instrumen musik nasional, tapi sendok itulah yang paling terkenal.
Rustam Nugmanov, perajin alat musik dari Elektrostral, Moskow, adalah orang yang pertama kali mengidekan penggunaan sendok ini untuk Piala Dunia 2018.
“Dari awal kami berpikir tidak akan menggunakan instrumen angin karena kritik deras terhadap vuvuzela. Lalu kami mencoret alat musik besar yang sulit digunakan seperti balalaika, akordion, dan instrumen senar seperti gusli, dan juga instrumen terompet serta perkusi,” ujarnya kepada Znak.com.
Ide tersebut melintas di pikirannya pada tahun 2010, ketika Rusia mengumumkan di Zurich, Swiss keinginannya untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia. Tentu saja saat itu ia tidak langsung menyampaikan idenya.
Jumlah sendok dalam satu instrumen yang digunakan tergantung kerumitan ritme dan keterampilan pemainnya. Namun begitu, pemain baru akan kesulitan memainkannya bahkan dengan jumlah yang paling sedikit (dua) karena butuh ketangkasan tersendiri untuk memainkannya dengan jari. Bahkan orang Rusia pun tidak bisa langsung mahir memainkannya. Hal ini terutama disebabkan tidak banyak yang bermain sendok itu saat ini — sekarang, instrumen seperti itu hanya bisa ditemukan di kios suvenir dan dibeli oleh turis yang kemungkinan besar tidak mengerti apa kegunaannya.
Tidak banyak yang bermain sendok itu saat ini. Sumber: Roel Arevalo/Youtube
Apa pun yang terjadi, sendok itu tidak mainstream — ia hanya digunakan oleh grup musik tradisional Rusia. Ia juga bukan pipa, yang harus anda tiup untuk menghasilkan suara.
Nugmanov menyadari masalah ini. Sendok rancangannya berbahan dasar karet dan berbentuk V, yang akan membantu meringankan latihan-latihan demi menguasai instrumen tersebut. Sekarang instrumen tersebut mengilustrasikan huruf V, seperti ‘Victory’ yang berarti kemenangan dalam bahasa Inggris. Nama instrumen ini sementara ini victory spoon (sendok kemenangan).
Bentuk V akan membantu meringankan latihan-latihan demi menguasai instrumen tersebut. Sumber: Press Photo
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menerima ide tersebut dan Nugmanov akan menerima hadiah kepresidenan sebesar 1 juta rubel (230 juta rupiah). Desainer dan perencana industri akan diajak untuk mengerjakan proyek victory spoon ini. Selain itu, sejumlah ‘penelitian ilmiah dan sosiologis’ juga akan diadakan.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda