Ketika ditanya apa yang membedakan bahasa dari dialek, ahli linguistik Amerika Max Weinreich menjawab: “Sebuah bahasa adalah sebuah dialek dengan angkatan darat dan laut.”
Namun, pepatah ini tak selalu cukup untuk menjawab pertanyaan tersebut. Banyak bahasa memiliki angkatan darat dan laut dan tetap saja masih bingung membedakannya dengan dialek atau dengan bahasa lain yang serupa.
Pada masa kecil, saya biasanya menghabiskan liburan musim panas bersama nenek saya di Estonia. Saya berteman dengan gadis lokal bernama Kersti dan sering mendengarnya bicara bahasa Estonia. Saya selalu ingin bicara seperti itu: saya suka mendengar struktur berima bahasa yang terasa seperti air mengalir di atas bebatuan kerikil dan bercampur dengan sejumlah kecuraman yang mengalun penuh kualitas.
Oleh karena itu, saya memutuskan untuk belajar bahasa Finlandia di universitas. Namun, dua bahasa tersebut — bahasa Finlandia dan Estonia — sepertinya bagi saya, dengan keliru, sangat mirip hingga mereka sulit dibedakan, meski penutur aslinya jelas akan mengatakan bahwa kedua bahasa itu jelas berbeda.
Hal yang sama juga berlaku bagi trio tersohor: bahasa Rusia-Belarus-Ukraina. Bahkan banyak penutur asli yang mengira bahasa tentangga mereka sangat mudah di mengerti dan mempelajarinya sangatlah gampang.
Ahli linguistik Valery Mokiyenko menganggap kekeliruan ini sebagai sesuatu yang berbahaya. “Tak banyak orang asing yang bisa membedakan bahasa Rusia, Ukraina, dan Belarus, tapi sayangnya begitu pula dengan orang Rusia. Itu adalah salah satu alasan tragedi Ukraina terjadi dan dapat memicu perceraian antara Rusia dan Belarus.”
Di masa Soviet, banyak orang Rusia yang tinggal di republik-republik tersebut dan tak tertarik untuk mempelajari bahasa asli tempat mereka hidup dan bekerja. Hal ini, menurut Mokiyenko, adalah akar sikap kurang hormat terhadap bahasa Ukraina dan Belarus karena menganggap mereka hanyalah ‘cabang’ dari bahasa Rusia.
Dalam wawancara dengan portal Gramota.ru, penulis buku “Mengapa Bahasa Sangat Berbeda”, Vladimir Plungyan mengatakan, “Tak diragukan lagi bahwa bahasa Ukraina adalah sebuah bahasa meski kita tak bisa berharap ada perangkat objektif yang akan memberi tahu kita: ini adalah bahasa dan itu bukan. Terdapat pilihan dan opini masyarakat sendiri. Jelas, bahasa Ukraina hadir karena jutaan orang bicara dan menuliskannya. Terkait kemiripannya dengan beberapa bahasa lain, terdapat ratusan kasus yang sama. Bahasa Norwegia dan Denmark juga mirip, dan jauh lebih mirip dari bahasa Rusia dan Ukraina."
Bahasa Rusia, Ukraina, dan Belarus adalah bahasa Slavia Timur yang berdiri masing-masing sebelum abad ke-14. Hal ini terjadi karena suku Slavia berada di tiga negara yang berbeda: bagian Rus Timur yang dikuasai Gerombolan Emas (Golden Horde), dan Rus Barat yang dikuasai Kerajaan Agung Lituania (yang kemudian menjadi Perserikatan Polandia-Lituania), yang di situ Slavia Timur merupakan bahasa resmi negara.
Anggapan bahwa jika Anda memahami salah satu bahasa maka Anda akan dengan mudah mengerti bahasa lainnya adalah sebuah kesalahpahaman. Jurnalis Rusia Viktor Dyatlikovich, yang merupakan seorang beretnis Belarus, memiliki metodenya sendiri dalam membuktikan perbedaan antara kedua bahasa: ia mengundang beberapa temannya yang terlalu percaya diri untuk membaca teks dalam bahasa Belarus atau bicara dengan bahasa Belarus selama tiga menit. Setelah itu, sudah pasti, pembicaraan mengenai kemiripan bahasa tak akan muncul lagi.
Alexander Savchenko, seorang ahli linguistik dari Sankt Peterburg, saat ini mengajar bahasa Ukraina di Taiwan. Ia menyampaikan bahwa para siswanya sangat terlatih dan tak pernah bingung membedakan bahasa Rusia dengan Ukraina atau Belarus. Selain itu, mereka paham bahwa terdapat bahasa yang bahkan jauh lebih mirip satu sama lain.
Bahasa Ukraina, sejak awal pengodifikasiannya pada teks dasar oleh Taras Shevchenko dan Ivan Franko, memiliki kemiripan leksikal dengan bahasa Polandia dan bahasa Slavia Barat lainnya. Oleh karena itu orang Polandia dan Ceko cenderung lebih mengerti bahasa Ukraina dibandingkan dengan orang Rusia.
Kebetulan, teks klasik bisa menjadi ‘bukti material’ bahwa bahasa Rusia, Belarus, dan Ukraina berbeda. Misalnya surat Tatyana dari “Eugene Onegin” karya Pushkin, puisi “Zapovit” karya Shevchenko, dan “Spadchyna” karya Yanka Kupala. Cobalah membaca buku-buku tersebut atau dengarkan bagaimana puisi-puisi di dalamnya dibawakan dalam terjemahan yang berbeda. Maka semuanya akan menjadi jelas.
Ksenia Turkova, Ph.D di bidang Linguistik, seorang jurnalis dan penulis Proyek Bahasa Rusia Moscow News. Ia juga menulis mengenai bahasa Rusia untuk pravmir.ru dan snob.ru.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda