Para pemenang Kompetisi Internasional Pengajar Bahasa Rusia Terbaik di Luar Negeri. Foto: Press photo
Pada 21 – 24 Oktober, Moskow menyelenggarakan babak final Kompetisi Internasional Pengajar Bahasa Rusia Terbaik di Luar Negeri di bawah pengawasan Rossotrudnichestvo dan Institut Bahasa Rusia Pushkin. Kompetisi tersebut dimenangkan oleh Alexander Strokanov dari AS, Inna Rosentuler dari Israel, serta Fan Chin Tkhi dari Vietnam. Kontes ini diikuti oleh para guru dari sedikitnya 50 negara.
RBTH berbincang dengan semua pengajar yang menghadiri acara tersebut. Namun, kami tidak membicarakan kompetisi itu sendiri, melainkan tentang bagaimana dan mengapa bahasa Rusia diajarkan saat ini dan apa kesulitan paling besar dalam mengajarkan bahasa unik tersebut.
Pengajar dari AS menyadari sebuah hubungan yang aneh: semakin buruk hubungan politik AS dengan Rusia, semakin besar minat masyarakat AS terhadap bahasa Rusia.
“Awalnya kami melihat pertumbuhan minat terhadap bahasa Rusia sekitar awal 2000-an,” kata Alexander Strokanov, Direktur Institut Bahasa, Sejarah, dan Budaya Rusia di Lyndon State College, Vermont. “Dan semakin berkembangnya Rusia, semakin banyak orang yang tertarik kepada mempelajari bahasanya. Perselisihan Rusia-Amerika baru-baru pun ternyata malah merangsang minat masyarakat AS. Mengapa? Karena banyak warga Amerika biasa tidak berpikir seperti politikus Amerika. Banyak di antaranya malah tidak percaya kepada politikus,” terang Strokanov.
Minat terhadap Rusia juga tumbuh pesat di Tiongkok. Lin May, Profesor di Universitas Bahasa Asing Xi’an, bercerita bahwa bahasa Rusia telah menjadi salah satu dari delapan spesialisasi terpopuler berdasarkan Ujian Negara Terpadu.
“Ini merupakan perubahan besar. Lima tahun lalu tidak ada yang ingin masuk Fakultas Bahasa Rusia dan pada tahun pertama masuk kuliah kami harus membujuk mahasiswa untuk belajar bahasa Rusia.”
Hal sebaliknya terjadi di negara-negara Balkan, tempat bahasa Rusia semakin tersisih dari sekolah oleh bahasa-bahasa Eropa populer, yakni bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Italia.
Kesulitan terbesar dalam tata bahasa Rusia umumnya adalah kasus nomina. Dalam bahasa Bulgaria, misalnya, terdapat kasus, tetapi di negara dan bahasa yang tidak memilikinya para siswa tidak dapat memahami apa itu kasus.
“Saya menjelaskan pada siswa saya bahwa kata-kata dalam bahasa Rusia tidak mirip batu bata, melainkan kucing,” jelas Anna Shaposhnikova, guru bahasa Rusia di Jakarta. “Saya bertanya kepada mereka: jika seekor kucing menaikkan ekornya, apa ia masih kucing? Ya, jawab mereka. Dan jika ia menurunkannya? Ya! Begitu pula bahasa Rusia — semua kata memiliki akhiran. Kemudian siswa memahami bahwa akhiran itu seperti ekor kucing — bagian penting dari kata yang berubah-ubah, sementara kata itu sendiri tetap. Ini membantu mereka memahami kasus.”
Tata bahasa Serbia mirip dengan tata bahasa Rusia, namun masalahnya, menurut Gordana Naumovich, banyak yang tidak tahu tata bahasa mereka sendiri. “Begini cara saya menjelaskan apa itu bentuk infinitif verba kepada para koki,” katanya. “Andai kita membeli sekilo tepung. Tepung adalah sesuatu yang infinitif (bentuk dasar -red.). Jika dibuat kue dadar atau roti, tepung itu menjadi sesuatu yang finit (bentuk jadi -red). Tetapi saat ini tepung itu masih infinitif. Anda bisa memahaminya? Ya, jawab mereka."
Orang-orang Amerika dan Tiongkok memiliki kesulitan membaca aksara sirilik, misalnya huruf ‘ы’. "Tapi mereka akan menguasainya setelah satu atau dua minggu,” kata Strokanov. “Saya pikir kesulitan dalam bahasa Rusia terlalu dibesar-besarkan karena bahasa ini tidak sulit, hanya saja para siswa tidak memiliki kesempatan untuk berlatih.”
Biasanya, pengajar bahasa Rusia tidak menggunakan bahasa Rusia sebagai bahasa pengajaran utama. Maka, para guru harus mencari cara untuk menarik dan menjaga minat siswa. Beberapa dari mereka sangat berbakat untuk itu. Berikut adalah sebuah kutipan dari salah satu kelas terbuka Strokanov tentang apa itu Rusia.
“Rusia juga merupakan negara yang kaya akan perasaan. Saya telah menyiapkan sebuah pelajaran laboratorium bagi Anda: datanglah ke rumah saya dan lihat bagaimana seorang Rusia hidup di Amerika. Bagian yang sangat penting dari pelajaran ini adalah memasuki banya (bak mandi). Dan ketika kita keluar dari ruang uap dan menginjak salju Vermont, kita akan mendiskusikan kemungkinan menikmati rasa sakit di tubuh dan apa yang terjadi di jiwa kita: apakah jiwa kita jatuh ke mata kaki kita, sebagaimana kata orang Rusia, atau apakah ia melayang ke angkasa. Lalu kita akan kembali ke rumah untuk menikmati rasa minuman nasional — tuak madu.”
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda