Lukisan-lukisan ini awalnya dibeli oleh Pavel Tretyakov. Pendiri Galeri Tretyakov itu terkenal akan intuisi artistik dan selera seninya yang luar biasa. Karena galerinya terbuka untuk umum, Tretyakov harus mempertimbangkan peraturan ketat. Beberapa lukisan tak hanya ditolak, tetapi tak boleh dipamerkan. Namun, berkat upaya Tretyakov, lukisan-lukisan ini terselamatkan. Kini, tak ada yang bisa membayangkan apa jadinya gudang seni Rusia tanpa lukisan-lukisan terkemuka ini.
Vasily Perov adalah salah satu pendiri asosiasi seniman Peredvizhniki. Dia menghindari lukisan bertema masyarakat kelas atas dan lebih senang menggambarkan kehidupan sehari-hari orang biasa. Lukisannya yang terkenal, Troika, menunjukkan anak-anak miskin menarik satu tong air. Perov adalah seorang seniman terkenal, tetapi lukisan Prosesi Paskah di Desa menimbulkan kegaduhan. Orang-orang kesal karena Perov menggambarkan perayaan Paskah dengan prosesi mabuk-mabukan: para petani mabuk dengan mata setengah tertutup, pendeta mabuk yang meremas telur Paskah di bawah kakinya, dan para pemabuk yang tergeletak di samping pintu gereja. Dahulu, lukisan itu ditarik dari pameran di Sankt Peterburg dan Perov dituduh melakukan perbuatan amoral. Namun, Pavel Tretyakov berhasil mendapatkan lukisan itu sekalipun tak mudah.
Vereshchagin kerap berkelana ke Asia Tengah dan membuat banyak lukisan. Namun, lukisan inilah yang paling terkenal. Awalnya, lukisan ini berjudul Kemenangan Timur Lenk dan merujuk pada legenda tentang pasukan sang pemimpin militer Mongol yang membuat piramida dari tengkorak musuh yang dipenggal. Pemandangan tengkorak, gurun yang sunyi dan gersang, serta kota yang ditingglkan di kejauhan mengejutkan masyarakat Sankt Peterburg yang dikenal sangat bermoral. Vereshchagin mendedikasikan lukisannya untuk “semua penakluk hebat, baik pada masa lalu, masa kini, maupun masa depan”.
Kehidupan Yesus merupakan tema populer di antara seniman abad ke-19. Yesus biasanya digambarkan sebagai sosok yang tenang dan inspiratif, tidak pernah terlihat kurus atau kesepian di tengah hutan belantara. Namun, lukisan Kramskoi menggambarkan Yesus yang berusaha menahan godaan iblis selama 40 hari berpuasa setelah dibaptis. Sosoknya sangat manusiawi, sementara perhatian orang tak hanya tertuju pada ekspresi wajahnya yang tegang, tetapi juga jemari tangannya yang melekat erat. Beberapa saksi mata mengenang bagaimana lukisan tersebut memecah opini publik saat dipamerkan. Beberapa terkejut oleh kedalaman dan penggambaran penderitaan yang manusiawi, sementara yang lain menyatakan kemarahan atas apa yang mereka anggap sebagai “penistaan” dan penodaan pada sesuatu yang suci. Kramskoi sendiri ingat bahwa orang-orang menegur dan bertanya mengapa ia menggambarkan Yesus sedemikian rupa. Di tengah keputusasaan, sang pelukis berusaha menentang cacian orang-orang. Untunglah, Pavel Tretyakov segera membeli lukisan kontroversial itu dan menganggapnya sebagai salah satu karya seni terbaik dalam koleksinya.
Lukisan ini masih memancing emosi publik. Pada 2018, seseorang merusak lukisan tersebut karena, menurutnya, karya Ivan Repin itu “penuh kebohongan”. Para sejarawan berulang kali menolak mitos bahwa Ivan yang Mengerikan membunuh putranya sendiri. Namun, lukisan Repin, salah satu lukisan berdarah pertama yang terinspirasi oleh kisah sejarah semua, justru meninggalkan memori tak terhapuskan dalam imajinasi populer. Dalam pikirannya, Repin melukis pembunuhan Kaisar Aleksandr. Awalnya, ia menunjukkan karyanya kepada rekan-rekan sesama pelukis dan mereka pun tercengang. Semua orang mengakui bakatnya yang luar biasa. Namun, Kaisar Aleksandr III tidak menyukai lukisan itu dan seorang negarawan bernama negara Konstantin Pobedonostsev menyebutnya menjijikkan. Lukisan itu dibeli oleh Tretyakov, tetapi Tsar melarangnya untuk dipamerkan. Bagaimanapun, larangan itu akhirnya dicabut.
Karya besar Surikov berkaitan dengan perpecahan Gereja Ortodoks Rusia pada abad ke-17. Ia menggambarkan adegan penangkapan Boyarina Morozova, seorang Pemercaya Lama Ortodoks yang menolak membuat tanda salib dengan tiga jari sebagaimana yang diatur reformasi Gereja. Lukisan itu meninggalkan kesan yang kuat pada publik. Banyak orang memuji keterampilan Surikov dalam menginterpretasikan pemandangan semasa Rusia Kuno, mereka peristiwa bersejarah, serta menggambarkan sosok orang Rusia, bahkan seorang perempuan, yang kuat, teguh, dan tak putus asa oleh penderitaan. Namun, lukisan itu juga dikritik banyak orang karena kesalahan komposisi dan proporsi, kesalahan gerakan dan penempatan lengan orang, dan sejumlah detail lainnya. Beberapa bahkan mengatakan lukisan itu lebih mirip karpet bergambar daripada lukisan.
Bagaimana mungkin lukisan hutan birch menimbulkan kegaduhan? Nyatanya, lukisan ini memang sangat kontroversial. Kuindzhi, sang pelukis, terlambat menyelesaikan karyanya untuk sebuah pameran yang digelar oleh kelompok seniman Peredvizhniki di Sankt Peterburg. Akibatnya, pembukaan pameran tersebut pun tertunda dan membuat seniman-seniman lain kecewa. Pada akhirnya, lukisan itu muncul dua hari setelah peresmian. Para pengunjung memuji teknik pencahayaan dan bayangan yang menakjubkan dalam lukisan Kuindzhi. Beberapa orang bahkan mencurigai Kuindzhi menggunakan semacam trik optik yang cerdik dan percaya bahwa lukisan itu sebetulnya diterangi dengan cahaya dari belakang. Namun, seorang kritikus mengecam lukisan itu. Ia menulis bahwa warnanya tidak alami, sementara pepohonan dalam lukisan itu terlihat seperti penyangga panggung dan tidak alami, seperti “diolesi pewarna hijau berlumpur”. Kritikus itu ternyata merupakan salah satu anggota kelompok Peredvizhniki yang bersembunyi di balik nama samaran. Merasa tersinggung, Kuindzhi keluar dari keanggotaan Pengembara, dan Hutan Birch adalah karya terakhir yang ia pamerkan pada pameran kelompok seniman tersebut. Bagaimanapun, lukisan itu akhirnya dibeli oleh Tretyakov.
Kisah lukisan ini seperti novel petualangan. Lukisan ini dipesan oleh Savva Mamontov, seorang kolektor dan pelindung karya seni, untuk paviliun Pameran Industri dan Seni Seluruh Rusia di Nizhny Novgorod. Saat itu, Vrubel belum terkenal. Pada saat yang hampir bersamaan, sebuah pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan drama La Princesse Lointaine karya Edmond Rostand dipentaskan untuk kali pertama di Rusia. Meski begitu, Mamontov belum menyelesaikan pesanan Akademi Seni yang menjadi “tuan rumah” paviliun tersebut. Saat melihat hasil karya Vrubel, dewan juri Akademi Seni memerintahkan untuk menurunkannya. Peristiwa itu menimbulkan keributan, bahkan Kaisar Nikolay II pun mengetahuinya. Akhirnya, Vrubel memutuskan untuk menghormati keinginan Akademi (meskipun kelak Tsar mengungkapkan kekagumannya pada Vrubel).
Setelah berkompromi, akhirnya karya itu diselesaikan oleh seniman terkenal Vasily Polenov atas nama Vrubel. Meskipun lukisan itu sendiri tidak dipajang di paviliun, Mamontov membawa sejumlah besar lukisan karya Vrubel lainnya ke pameran dan membuat sebuah pergelaran dengan Vrubel sebagai pelukisnya.
Bagaimanapun, orang-orang yang berkesempatan melihat karya sang seniman memiliki tanggapan yang berbeda. Beberapa mengagumi inovasinya, tetapi yang lain justru mengkritik lukisan dekadensinya yang jelek. Penulis Maxim Gorky dengan tegas menyatakan bahwa lukisan itu menggambarkan “kemunduran semangat dan kemiskinan imajinasi”. Akhirnya, Mamontov harus membuat salinan majolica lukisan tersebut. Sekarang, lukisan itu menghiasi Hotel Metropol di pusat Kota Moskow.
Akhirnya, lukisan tersebut dipajang di opera pribadi Mamontov. Seiring waktu, ia kemudian dipindahkan ke Teater Bolshoi, di dalam gudang yang baru ditemukan pada pertengahan abad ke-20, lalu dipindahkan ke Galeri Tretyakov dan baru dipamerkan pada 2007. Sebuah ruangan yang dipersembahkan untuk Vrubel dibuka dan galeri itu harus disesuaikan secara khusus untuk menampung mahakarya besar ini.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda