Lenin memang menjadi orang pertama yang mengindentifikasi film sebagai bagian terpenting dari seni. Namun dalam praktiknya, industri film Soviet baru diluncurkan oleh penggantinya, Joseph Stalin. Kecintaan Stalin terhadap film sangat tinggi dan ia sering mengundang elit partai untuk pemutaran film pribadi. Dia ingin industri film Soviet mengimbangi perkembangan industri Soviet secara keseluruhan.
"Stalin berperan sebagai produser super," tulis Solomon Volkov dalam bukunya Modern Moscow , yang diterbitkan oleh penerbit Elena Shubina, AST. Sang diktator menunjuk dan memberhentikan sendiri para bos perfilman, mengawasi langsung pembuatan film "penting", membaca skrip, dan menonton semua gambar. Terlebih lagi, sekolah film pertama di dunia didirikan di Uni Soviet.
Sutradara Sergei Eisenstein mengerjakan pembuatan film 'The General Line' alias 'Lama Dan Baru', 1926.
Dmitry Debabov/SputnikStalin memiliki harapan tinggi untuk sutradara Sergei Eisenstein, salah satu instruktur utama di sekolah film. Ia berada di puncak ketenaran setelah rilis film Battleship Potemkin pada 1925. Seperti yang ia katakan sendiri, "keesokan paginya aku bangun terkenal."
Pada saat itu, yang menjadi tugas utama industri film Soviet adalah memproduksi film yang bersuara. Jika film dapat berbicara, itu akan memberi kekuatan yang lebih besar. Eisenstein mulai melakukan hal itu, dan Stalin bahkan mengirimnya untuk belajar pembuatan film bersuara di Amerika bersama krunya, termasuk juru kamera Eduard Tisse dan penulis skenario/asisten sutradara Grigory Alexandrov.
Para sutradara berhasil membuat kontrak dengan Paramount dengan syarat bahwa mereka menyediakan naskah, yang jika cukup bagus, akan dibuat menjadi film. Namun, tak satu pun naskah yang ditawarkan tampak layak secara komersial bagi orang Amerika.
Sergei Eisenstein bersama Diego Rivera and Frida Kahlo.
museum.ruKebanggaan Eisenstein terluka. Setelah memutuskan untuk tidak meninggalkan Amerika tanpa membuat film, ia menghubungi artis komunis Meksiko Diego Rivera. Bersama-sama, mereka membuat gambar berskala besar tentang revolusi Meksiko.
Pembuatan film "Que Viva Mexico!"
SputnikNamun pengerjaan film itu ditunda, dan, seperti yang ditulis Volkov, sinyal-sinyal alarm mulai datang dari Moskow. Stalin yang curiga telah mencium bahwa Eisenstein tidak berencana untuk kembali, dan kehilangan sutradara terkenal seperti itu harus dicegah.
Pada akhirnya, tim terpaksa kembali, dan Eisenstein segera tidak disukai. Terlebih lagi, kepribadiannya yang kompleks menjadi momok bagi Boris Shumyatsky, rekan partai Stalin, yang ditugaskan di industri film Soviet.
Selain itu, Stalin ingin para sutradara mulai membuat film komedi, dengan musik dan lagu-lagu yang memuji kehidupan rakyat Soviet dan pencapaian rencana lima tahun pertama — sebuah dorongan menuju industrialisasi yang cepat, yang merupakan gagasan dan kebanggaan pribadi diktator — dan Eisenstein bukan orang yang tepat untuk proyek-proyek pemujian seperti itu.
Shumyatsky akhirnya memutuskan untuk mengganti sang jenius yang angkuh dengan asistennya, Grigory Alexandrov, yang telah lama membayanginya.
Sutradara Grigory Alexandrov di rumahnya, 1938.
Anatoly Garanin/SputnikMenurut memoar Alexandrov, pertemuan pribadi telah diatur antara dia dan Stalin, di mana pemimpin Soviet menyatakan bahwa orang-orang menyukai seni yang bersemangat dan ceria, tetapi sang sutradara tidak bersedia mengeksplorasi genre seperti itu. “Sayangnya, untuk beberapa alasan, seni kita malu untuk tampil bahagia dan lucu. Itu tertinggal dari kehidupan. Ini tidak baik, ” uajr Stalin.
"Slogan Stalinis yang terkenal buruk 'Hidup telah menjadi lebih baik, hidup telah menjadi lebih bahagia' belum disuarakan oleh diktator, tetapi dia sudah bersiap untuk itu,” tulis Volkov.
Vyacheslav Molotov, Joseph Stalin dan Kliment Voroshilov, 1930.
Getty ImagesSelama tinggal di Hollywood, Alexandrov telah melihat banyak film musikal dan komedi, dan mempelajari banyak teknik dan trik yang kemudian ia gunakan untuk digunakan sepanjang karirnya.
Dalam pandangan Volkov, instruksi untuk membuat komedi ceria dikaitkan dengan pencalonan presiden Franklin D. Roosevelt pada 1932. Rombongan Roosevelt berisi orang-orang yang menganggapnya berguna untuk membangun hubungan diplomatik dengan kaum Bolshevik. Stalin mengetahui informasi itu dari mata-matanya, dan berharap banyak manfaat dari hubungan perdagangan masa depan untuk mempromosikan pertumbuhan industri Soviet.
"Dan cara apa yang lebih baik untuk menghasilkan simpati dan pengertian di Amerika Serikat daripada dengan 'komedi jazz' Soviet yang dirancang dengan pola-pola Hollywood?" Tulis Volkov.
Begitulah yang terjadi pada 1934, Veselyye rebyata (Orang-Orang Lucu ) menghantam layar film Soviet, menceritakan tentang seberapa baik kehidupan kelas pekerja di Soviet. Selama bertahun-tahun setelah itu, lagu-lagu yang dibawakan dalam film dicintai di seantero negeri. Salah satunya lagu Nam pesnya stroit' i zhit' pomogayetyang (Lagu Membantu Kita Membangun dan Hidup) yang dibawakan oleh Leonid Utesov dan menjadi hit selama 50 tahun ke depan.
Foto dari adegan film 'Orang-Orang Lucu'.
Grigori Aleksandrov/Mosfilm, 1934Film ini juga memiliki pengaruh di AS, di mana ia disambut dengan hangat oleh Charlie Chaplin, yang bertemu dengan sang sutradara di AS: “Alexandrov telah memperkenalkan Amerika ke Rusia baru. Sebelum film ini, orang Amerika mengenal Dostoevsky Russia, sekarang mereka telah melihat perubahan besar dalam psikologi publik. Orang-orang di sana tertawa keras dan riang. Ini adalah kemenangan besar. Itu lebih persuasif daripada peluru dan pidato. "
Kebetulan, hubungan diplomatik antara AS dan Soviet telah terjalin, pada tahun 1933, segera setelah Roosevelt menjadi presiden.
Industri film Rusia dan Soviet tak dapat dianggap remeh, di mana tak sedikit film yang telah menyabet penghargaan bergengsi di dunia perfilman. Inilah beberapa film yang telah meraih penghargaan Oscar.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda