Moskow hampir selalu berada di peringkat teratas dalam daftar kota-kota dengan tingkat kemacetan lalu lintas terparah di dunia. Awalnya, kota ini berusaha membangun jalan layang dan melebarkan jalan untuk mengurangi kemacetan. Namun, selama masyarakat terus menggunakan kendaraan pribadi alih-alih transportasi umum, kota itu tak akan pernah terbebas dari kemacetan. Lantas, bagaimana pemerintah mendorong warganya supaya menggunakan bus dan metro (kereta bawah tanah)?
Ledakan kepemilikan kendaraan pribadi dimulai di Moskow pada pertengahan 1990-an dan dengan cepat memadati jalan di ibu kota, jelas Pavel Zyuzin, seorang peneliti senior di Institut Ekonomi Transportasi dan Studi Kebijakan Transportasi di Sekolah Tinggi Ekonomi (HSE). Para peneliti INRIX Global Traffic Scorecard baru-baru ini menghitung bahwa warga Moskow menghabiskan 210 jam setahun dalam kemacetan lalu lintas dan, meski turun 12 persen dibandingkan 2018, angka itu masih jauh lebih tinggi daripada kebanyakan kota besar lainnya.
Kemacetan di Bolshaya Sadovaya ulitsa.
Dmitry Feoktistov/TASS“Pada masa Soviet, kota-kota dirancang untuk menampung 150 mobil per 1.000 kepala. Namun kini, ada 300 mobil tiap 1.000 orang di Moskow, itu berarti sekitar satu mobil per keluarga,” kata Zyuzin. “Dalam hal ini, Moskow sebanding dengan Singapura, Seoul, dan Hong Kong, yang juga memiliki masalah dengan keterbatasan ruang untuk kendaraan.”
Zyuzin menjelaskan, Moskow pada awalnya berusaha membuat kota itu nyaman bagi pengemudi dengan membangun jalan-jalan raya yang besar melalui area perumahan. Namun, upaya tersebut pada akhirnya menimbulkan masalah. Moskow kini berfokus pada peningkatan dan pengembangan transportasi publik dengan, antara lain, memperbaiki citra angkutan umum itu sendiri dan berusaha setidaknya membatasi kepemilikan kendaraan pribadi. Jadi, jika Anda ingin menggunakan mobil pribadi, Anda harus membayar.
Kampanye untuk mengendalikan jumlah mobil dimulai pada 2013 ketika Moskow pertama kali membuat area parkir berbayar di sejumlah area pusat kota. Kebijakan itu ternyata memicu sejumlah protes dari para pengemudi yang marah. Mereka merasa berhak untuk parkir gratis. Namun, itu baru permulaan. Sekarang, siapa pun harus membayar parkir di hampir seluruh pinggiran kota. Tak hanya itu, tarif parkir pun terus meningkat seiring waktu, mulai dari 380 rubel (sekitar 83 ribu rupiah) per jam di pusat kota hingga 40 rubel (sekitar 8.700 rupiah) per jam di pinggiran kota (tanpa batas waktu maksimum). Parkir gratis hanya berlaku pada akhir pekan, tapi tidak di semua tempat.
Tanda parkir berbayar di pusat kota.
Dmitry Feoktistov/TASSApalagi, denda akibat melanggar peraturan lalu lintas juga dinaikkan. Misalnya, siapa pun yang mengemudi di jalur bus akan dijatuhkan denda 1.500 rubel (sekitar 328 ribu rupiah), sedangkan parkir ilegal didenda 5.000 rubel (sekitar satu juta rupiah).
Selain aturan lalu lintas yang dipeketat, banyak jalan di pusat kota diubah menjadi zona pejalan kaki. Pada saat yang sama, trotoar pun diperlebar dengan mempersempit jalan atau mengurangi jumlah jalur.
Kini, pemerintah tengah membahas gagasan untuk memungut biaya bagi pengendara yang hendak memasuki pusat kota. Namun, sejumlah ahli menganggap gagasan tersebut terlalu berlebihan untuk diberlakukan saat ini.
Roman Gridnev, seorang blogger populer yang biasa mengulas topik otomotif, berhenti mengemudi sepuluh tahun yang lalu. “Dulu, mengendarai mobil sangat nyaman karena tidak ada transportasi umum di dekat kantor,” katanya. Namun ketika Gridnev pindah kantor, ia berhenti mengemudi dan memilih berkendara dengan angkutan umum. Menurutnya, perjalanan ke kantor menjadi lebih cepat dan lebih murah. “Yang paling penting, (dengan naik angkutan umum) Anda dapat memprediksi kedatangan Anda dengan tingkat akurasi yang tinggi,” jelasnya.
Metro Moskow.
Sergey Pyatakov/SputnikApalagi, semua transportasi umum di Moskow kini dilengkapi fasilitas Wi-Fi gratis tanpa batas, sehingga orang-orang bisa tetep terhubung dengan kantor melalui email atau melakukan aktivitas lain bahkan ketika tengah melaju di bawah tanah. Kini, metro adalah pilihan paling masuk akal untuk menghindari kemacetan. Kereta-kereta bawah tanah Moskow tiba di setiap stasiun dengan interval antara dua hingga tiga menit sekali. Tak hanya itu, rute metro pun terus berkembang (jalur lingkar kedua dan jalur ke Moskow Baru akan segera dibuka). Selain Wi-Fi gratis, metro menggaet penumpang dengan desain interior stasiunnya yang hampir seperti museum, kereta-kereta tematik, layar TV dengan aneka informasi berguna tentang ibu kota, dan sejumlah layanan lainnya.
Untuk pertama kalinya di Rusia, Moskow mulai mengalokasikan jalur khusus untuk angkutan umum di atas permukaan tanah. Sementara itu, bus konvensional diganti dengan bus listrik yang lebih ramah lingkungan. Beberapa tahun lalu, halte-halte bus konvensional mulai digantikan dengan halte “pintar”. Di sana, Anda dapat mengisi ulang daya ponsel Anda, menjelajah internet, dan mengecek prediksi kadatangan bus, trolleybus, atau trem secara akurat.
Sejumlah transportasi umum di VDNKh.
Vladimir Astapkovich/SputnikKendati demikian, tidak semua pengemudi siap “mengandangkan” mobil mereka. Maria Azhnina, seorang warga Moskow, mengatakan bahwa dia bekerja keras supaya mampu memenuhi standar hidup yang ia inginkan. “Di metro, saya sering kali merasa tidak nyaman secara fisik. Tentu saja, promotor angkutan umum berusaha menekan saya, tetapi saya tidak akan meninggalkan mobil saya. Kalau saya harus membayar lebih untuk itu, ya … saya akan membayar lebih.”
Selain antimacet, ada pula keuntungan lain naik metro. Misalnya, Anda bisa saja berkenalan dengan gadis Rusia. Ikutilah kiat-kiat berikut dan siapa tahu Anda akan menemukan cinta sejati Anda!
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda