Konon, semua orang Rusia adalah peminum vodka. Namun, sekarang sudah 2019. Moskow dan kota-kota lain kini penuh dengan bar-bar koktail minimalis, sementara kaum hipster terus menciptakan cita rasa baru craft beer (bir yang dibuat dengan bahan baku alami berkualitas tinggi sehingga menghasilkan cita rasa terbaik). Tak heran, beberapa orang mungkin berpikir bahwa vodka akhirnya tergantikan oleh minuman-minuman yang “lebih modern”, tetapi benarkah demikian?
Pada 2012, Rusia diduga memiliki lebih banyak vodka dibandingkan negara lain, setara dengan 14 liter untuk setiap orang di negara itu. Namun, zaman telah berubah dan orang Rusia mulai “menyayangi” lever mereka. Tahun lalu, pemerintah mengatakan Rusia minum vodka lima kali lebih sedikit dibandingkan enam tahun lalu. Terlepas dari klaim pemerintah, beberapa orang Rusia akan selalu memilih vodka daripada minuman beralkohol lainnya. Inilah beberapa alasannya.
Vodka bukanlah minuman beralkohol apéritif (yang disajikan sebelum makanan pembuka) atau digestif (yang disajikan setelah makanan utama). Vodka cocok dengan makanan apa pun, terutama makanan Rusia. Murni dan sederhana.
“Rahasia vodka ada pada camilan yang tepat dan teman yang baik. Vodka cocok menemani aneka hidangan Rusia: acar jamur, (ikan) haring dengan kentang rebus, dan aneka salo (lemak babi beku). Karakter bangsa ditentukan oleh makanan dan minuman, dan saya merasa bahwa secara tidak sadar saya tertarik dengan masakan Rusia. Yang jelas, Anda tidak akan makan salo dengan cognac, atau makan pelmeni (semacam pangsit Rusia) dengan gin,” kata Vsevolod dari Moskow.
Ini masuk akal. Orang Rusia, sebagaimana bangsa lain, secara naluriah mengambil minuman yang melengkapi hidangan di atas meja mereka.
Banyak orang Rusia yang percaya bahwa vodka lebih sehat daripada minuman beralkohol lainnya, seperti wiski dan cognac. Beberapa dokter bahkan menegaskan kembali kepercayaan ini.
“Seorang dokter melarang kakek saya minum alkohol setelah dia menjalani operasi jantung. Namun, dia mengatakan kepada kakek saya bahwa jika dia benar-benar ingin minum, dia hanya boleh minum vodka. Saya tidak tahu apakah ada alasan ilmiah di balik ini, tetapi kakek saya mengikuti rekomendasi si dokter,” kata Ksenia dari Moskow.
Sebagian besar peminum mengukur efek buruk alkohol dengan dampak mabuk yang dihasilkan. Jika setelah minum tak ada reaksi sakit kepala yang berlebihan, berarti alkohol yang diminum tidak berbahaya. Meski ini tidak sepenuhnya benar, banyak orang Rusia yang sependapat akan masalah ini
“Vodka pada umumnya disuling beberapa kali. Minuman itu tidak mengandung fusel yang menyebabkan keracunan berat. Vodka mahal tidak mengandung gula. Jadi, vodka hanya menyebabkan sedikit mabuk,” kata Dmitri dari Moskow, yang lebih menyukai vodka daripada minuman beralkohol lainnya.
Banyak orang Rusia dari usia tertentu memilih minum vodka selama masa muda mereka karena murah dan efektif. Intinya, Anda bisa merasakan efek alkohol dengan cepat hanya dengan beberapa rubel saja.
“Kini saya lebih suka minum anggur atau cider. Namun saat masih muda dulu, saya biasa minum vodka. Minuman itu lebih murah untuk dinikmati bersama teman-teman, bisa diencerkan dengan jus, dan tak butuh waktu lama untuk merasakan efeknya,” kata Aleksandra dari Sankt Peterburg.
Memang, vodka jauh lebih murah dibandingkan dengan kebanyakan minuman beralkohol lainnya, terutama minuman-minuman impor non-Rusia. Biaya produksi satu botol setengah liter vodka buatan Rusia hanya seharga 35 rubel (sekitar 7.500 rupiah). Pemerintah Rusia kini telah memberikan batas harga minimum untuk sebotol vodka standar. Sekarang, sebotol vodka dihargai 215 rubel (sekitar 46.600 rupiah). Sangat murah, 'kan? Di sisi lain, merek-merek premium bisa dibanderol seharga 8.000 rubel (sekitar 1,7 juta rupiah).
Yang jelas, alkohol tak hanya bagus untuk “membasahi” lever seseorang. Di Rusia, alkohol juga digunakan sebagai disinfektan luka dan antipiretik (obat penurun demam) yang efektif.
Dalam beberapa tahun terakhir, vodka dan minuman beralkohol lainnya yang pernah menjadi sahabat orang Rusia semakin tak diminati.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda